tag:blogger.com,1999:blog-26711441433942298692024-02-07T16:15:20.161-08:00PEMULIHAN KHAS (Literasi)CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.comBlogger46125tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-981480965559062982012-12-09T23:45:00.001-08:002012-12-09T23:45:43.085-08:00KENALI 6 JENIS GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK MURID<strong>Gangguan Belajar (Learning
Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan
untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak
dengan Gangguan Belajar mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama
atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi
seringberjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah
yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu
kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta
keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.</strong>
Pengertian gangguan belajar secara bahasa adalah masalah yang dapat
mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan
menyimpan informasi. Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National
Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan
belajar adalah suatu kumpulan dengan bermacam-macam gangguan yang
mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis,
menganalisis, dan memecahkan persoalan.<br />
<img alt="" class="alignleft" height="400" src="https://lh4.googleusercontent.com/-2rBZH1aXN5A/UIsY86U9_DI/AAAAAAAAFTA/33ONXR1NfOQ/s400/LEARNING%2520DISORDERS12.jpg" width="400" />Gangguan
belajar termasuk klasifikasi beberapa gangguan fungsi di mana seseorang
memiliki kesulitan belajar dengan cara yang khas, biasanya disebabkan
oleh faktor yang tidak diketahui. Istilah Ketidakmampuan belajar dan
gangguan belajar sering digunakan secara bergantian, keduanya berbeda.
Ketidakmampuan belajar adalah ketika seseorang memiliki masalah belajar
yang signifikan di bidang akademis. Masalah-masalah ini, bagaimanapun,
tidak cukup untuk menjamin diagnosis resmi. Gangguan belajar, di sisi
lain, adalah diagnosis klinis resmi, dimana individu memenuhi kriteria
tertentu, sebagaimana ditentukan oleh seorang profesional (psikolog,
dokter anak, dll) Perbedaannya adalah dalam tingkat, frekuensi, dan
intensitas gejala yang dilaporkan dan masalah, dan dengan demikian
keduanya tidak boleh bingung.<br />
Faktor yang tidak diketahui adalah gangguan yang mempengaruhi
kemampuan otak untuk menerima dan memproses informasi. Gangguan ini bisa
membuat masalah bagi seseorang untuk belajar dengan cepat atau dalam
cara yang sama seperti seseorang yang tidak terpengaruh oleh
ketidakmampuan belajar. Orang dengan ketidakmampuan belajar mengalami
kesulitan melakukan jenis tertentu keterampilan atau menyelesaikan tugas
jika dibiarkan mencari hal-hal dengan sendirinya atau jika diajarkan
dengan cara konvensional.<br />
Beberapa bentuk ketidakmampuan belajar tidak dapat disembuhkan.
[Rujukan?] Namun, dengan tepat kognitif / akademik intervensi, ternyata
dapat diatasi [rujukan?] Individu dengan ketidakmampuan belajar dapat
menghadapi tantangan unik yang sering meresap selama kehidupan..
Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kecacatan, intervensi dapat
digunakan untuk membantu individu mempelajari strategi yang akan
mendorong kesuksesan di masa mendatang. Beberapa intervensi bisa sangat
sederhana, sementara yang lain yang rumit dan kompleks. Guru dan orang
tua akan menjadi bagian dari intervensi dalam hal bagaimana mereka
membantu individu dalam berhasil menyelesaikan tugas yang berbeda.
Psikolog sekolah cukup sering membantu untuk merancang intervensi, dan
mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi dengan guru dan orang tua.
Dukungan sosial meningkatkan pembelajaran bagi siswa dengan
ketidakmampuan belajar.<br />
Hal ini tidak berarti anak memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
Untuk mengetahui apakah anak sedang mengalami kesulitan dalam belajar
bisa dilihat dari waktu yang dibutuhkan dalam memahami suatu persoalan
di buku. Dan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan otak anak dalam
mengalahkan kesulitan belajarnya bisa dilihat dari hasil tes IQnya.<br />
Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan
mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada
teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari
guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorderyang tidak di
terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang
dewasa.<br />
<h2>
<strong><span style="color: green;">Jenis Gangguan Belajar</span></strong></h2>
<ol>
<li><strong>Disleksia (Dyslexia):</strong> adalah gangguan belajar yang
mempengaruhi membaca dan /atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat
bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami
kata-kata tertulis.</li>
<li><strong>Diskalkulia (Dyscalculia):</strong> adalah gangguan belajar
yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia
sering mengalami kesulitanmemecahkan masalah matematika dan menangkap
konsep-konsep dasar aritmatika.</li>
<li><strong>Disgrafia (Dysgraphia):</strong> adalah ketidakmampuan dalam
menulis, terlepas darikemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia
sering berjuang denganmenulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang
yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik
halus.</li>
<li><strong>Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual processing disorders):</strong>
adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun
anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal,
gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar.
Mereka akan seringmemiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik
tertulis atau auditori (atau keduanya).</li>
<li><strong>Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities):</strong>
adalahgangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik,
dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam
memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan
masalah sosial.</li>
<li><strong>Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) :</strong> adalahgangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.</li>
</ol>
<strong>Tanda dan Gejala</strong><br />
<strong>Gejala gangguan belajar pada Anak Pra-Sekolah:</strong><br />
<ul>
<li>Gangguan bicara dan bahasa, sulit mengucapkan kata-kata dan memahami kalimat</li>
<li>Mengalami masalah dalam belajar huruf, angka, warna, bentuk, hari.</li>
<li>Kesulitan mencari ekspresi kata yang tepat.</li>
<li>Sulit mengikuti perintah, membedakan kanan dan kiri.</li>
<li>Mengalami problem untuk menulis, memegang gunting, mewarnai dalam kotak.</li>
<li>Sulit mengikat tali sepatu, mengancingkan kancing, <em>ritsleting.</em></li>
<li>Kesulitan mengikuti rutinitas belajar.</li>
</ul>
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-8441226345297825462012-12-09T23:40:00.003-08:002012-12-09T23:40:41.592-08:00GANGGUAN EMOSI PADA ANAK, GEJALA & PENANGANNYA<strong>Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang dialami seseorang
yang dapat menimbulkan gangguan pada dirinya. Baik karena emosi yang
dialami terlalu kuat misalnya sangat sedih, tidak ada emosi yang hadir
misalnya tidak merasa bahagia atau emosinya menimbulkan konflik misalnya
terlalu sering marah. </strong>
Emosi merupakan salah satu ciri keberadaan manusia sebagai makhluk
individu dan sosial. Dengan adanya emosi, manusia mempunyai dinamika
kehidupan. Seorang yang terlalu emosional atau tidak memiliki emosi akan
sulit diterima oleh lingkungan karena ia akan bersikap berlebihan atau
tidak peka terhadap orang lain. Begitu pentingnya emosi bagi hidup
manusia, salah satu cara agar manusia tersebut dapat mengendalikan emosi
adalah dengan membinanya sejak kecil.<br />
Emosi adalah tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot-otot yang menegang,
debaran jantung yang cepat dan sebagainya. Selain itu emosi juga dapat
didefinisikan sebagai keadaan pikiran/perasaan terhasut dalam waktu
singkat dari suatu organisme. Emosi tersebut dapat diwujudkan dalam
perubahan fisiologis ketika seseorang terangsang secara mental dan
fisik. Pengalaman dinamis tersebut adalah suatu reaksi psikologis yang
terdiri dari kognisi, afeksi dan konasi yang jika dapat dikontrol
mengakibatkan kesejahteraan seseorang.<br />
<h2>
<strong><span style="color: green;">Perkembangan Emosi Anak Balita</span></strong></h2>
<ul>
<li><strong>M</strong>engekspresikan berbagai emosi dan mampu
menggunakan label yang sesuai seperti gila, sedih, gembira, dan hanya
untuk membedakan perasaan mereka. Selama usia prasekolah, kondisi
emosional anak tergantung situasi tertentu dan dapat berubah secepat
mereka beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
Terdapat internalisasi meningkat dan regulasi atas emosi mereka.
Memperoleh kognitif baru dan kemampuan bahasa, mereka belajar untuk
mengatur emosi mereka dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan
bagaimana perasaan mereka.</li>
<li>Emosi sebagian besar di permukaan.</li>
<li>Pada satu saat di dalam kelas, Matius tertawa tak terkendali tentang
wajah lucu yang temannya. Dalam sepersekian detik, Matius menangis
karena Nathan menjulurkan lidahnya padanya. “Saya hanya membuat wajah
lucu,” kata Nathan.</li>
<li>Memahami emosi berbeda yang mereka alami, namun mereka mengalami
kesulitan mengatur emosi dan menggunakan label yang tepat untuk
menggambarkan emosi. Emosi mereka sangat terhubung ke peristiwa dan
perasaan yang terjadi pada saat itu</li>
<li>Memiliki kesulitan memisahkan perasaan dari tindakan. Jika mereka
merasakan sesuatu, mereka mengungkapkannya. Jika mereka menginginkan
sesuatu, mereka mencoba untuk mengambilnya. Menunda kepuasan dan
mengendalikan perasaan impulsif sering tantangan. Rasa ingin tahu alami
mereka sering dapat membawa mereka ke dalam kesulitan.</li>
<li>Dapat sering menggunakan cara-cara fisik untuk menyelesaikan konflik bukan dengan cara lisan untuk menyelesaikan konflik</li>
<li>Mengajar anak-anak cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi
mereka merupakan tonggak penting dalam perkembangan mereka. Konflik yang
timbul selama kebutuhan dua anak-anak untuk objek yang sama yang umum,
anak-anak belajar bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara yang dapat
diterima secara sosial</li>
<li>Mereka sering mengekspresikan emosi mereka melalui amarah atau
tampilan fisik. Hal yang sama berlaku ketika mereka bahagia,
mengungkapkan sukacita mereka melalui tawa tak terkendali dan / atau
pekik kegembiraan.</li>
<li>Mulai memahami bahwa ekspresi emosi yang ekstrim dapat memiliki efek pada orang lain di sekitar mereka.</li>
<li>Mulai mengembangkan rasa humor. Mungkin tertawa hanya untuk membuat
orang lain tertawa. Mereka akan geli pada hal-hal yang dilakukan oleh
orang dewasa. Kekonyolan ini disertai dengan pesona dengan humor
“toilet” di mana kata-kata seperti “kotoran” dan “pipis” dapat
menghasilkan tawa histeris dari kelompok empat puluh tahun. Mereka juga
mulai memahami sifat lelucon, ketika orang mengatakan hal-hal untuk
tujuan tunggal menjadi lucu. Mereka dapat menghabiskan jumlah tak
terbatas waktu menceritakan teka-teki klise yang sama atau lelucon
berulang-ulang dan tertawa setiap kali.</li>
<li>Memiliki kekhawatiran bahwa mereka dapat mengidentifikasi. Mereka
ingin tidur dengan lampu malam dan tidak akan turun ke ruang bawah tanah
yang gelap saja. Rakasa buku, seperti Ada Nightmare in My Closet oleh
Mercer Mayer (1969) dan</li>
<li>Ketakutan dan kekhawatiran masih terjadi dalam usia ini</li>
<li>Mulai mengerti bahwa mimpi adalah sesuatu yang berbeda dari
benar-benar terjadi dan mulai membedakan antara apa yang mereka lakukan
dan apa yang mereka impikan.</li>
<li>Memahami bahwa orang lain memiliki perasaan juga</li>
</ul>
<strong>Empat hal penyebab gangguan emosi pada anak</strong><br />
<ol>
<li>Emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.</li>
<li>Karena tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan.</li>
<li>Kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Misalnya teman sekolah membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan</li>
</ol>
<h2>
<strong><span style="color: green;">Gejala Gangguan Emosi pada Anak</span></strong></h2>
<strong>Pada Bayi:</strong><br />
<ul>
<li>Lebih dominan berteriak daripada mengoceh</li>
<li>Suka gemes dan geregetan</li>
<li>Suka memukul muka orang tua atau orang yang digendong</li>
<li>Suka menggigit dan menjilat</li>
<li>Sering menggeleng-geleng kepala</li>
<li>Headbanging (sering menjatuhkan badan ke belakang dengan kepala lebih dahulu)</li>
<li>Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik</li>
</ul>
<strong>Pada Anak</strong><br />
<ul>
<li>Anak tampak sangat pemalu</li>
<li>Impulsif: Bila berbicara, menangis dan tertawa berlebihan</li>
<li>Suka membanting mainan bila marah</li>
<li>Suka mencubit, menggigit</li>
<li>Sering memukul-mukul kepala</li>
<li>Mudah tersulut emosi dan marah-marah</li>
<li>murung,</li>
<li>Malas sekolah, menolak sekolah atau bolos sekolah</li>
<li>suka iri hati</li>
<li>pendemdam</li>
<li>berperangai buruk.</li>
</ul>
<strong>Derajat Gangguan Emosi Pada Anak</strong><br />
<ul>
<li><strong>Gangguan Emosi </strong><strong>Ringan </strong>Gangguan
tingkat ringan biasanya tidak terlalu kelihatan cirri-cirinya dari luar.
Mungkin dengan emosi yang ringan ini tiap anak dapat mengontrol
masing-masing dirinya sendiri. Akan tetapi jika diteliti lebih jauh
lagi, biasanya pertumbuhan emosinya tidak sesuai dengan tahapan yang
seharusnya di alami oleh seorang anak. Misalnya : Pada anak balita,
seharusnya seorang anak mau berbagi dengan teman-temannya. Namun
terkadang sang anak juga suka marah apabila mainannya dipinjam oleh
temannya.</li>
<li><strong>Gangguan Emosi </strong><strong>Sedang </strong>Gangguan
emosional ini agak lebih kelihatan dibandingkan dengan emosional yang
ringan. Seperti bisa marah, takut atau pun sedih yang seharusnya
normal-normal saj jika terjadi pada anak-anak yang lain. isalnya : Sang
ibu menyuruh anaknya untuk pergi ke kamar mandi. Tujuannya cuci kaki,
cuci tangan dan sikat gigi sebelum tidur secara sendirian. Namun sang
anak menolak. Dengan alasan takut pergi ke kamar mandi sendirian.
Penolakan sang anak sangatlah kuat, sehingga dia bisa menjadi menangis,
atau marah kepada orangtuanya.</li>
<li><strong>Gangguan Emosi </strong><strong>Berat </strong>Manifestasinya
lebih jelas sekali dari luar, di karenakan perilaku sang anak yang
terlihat janggal dan tidak seperti perilaku biasanya. Ketika anak sedang
marah, anak itu akan mengamuk, berteriak-teriak bahkan ada yang
menyakiti dirinya sendiri. isalnya : Sang anak takut dengan seekor kecoa
yang suka berada pada kamar mandi. Ketika ia melihat kecoa, maka ia
akan terlihat pucat, menjerit dan menangis sekeras-kerasnya.</li>
</ul>
<strong> Jenis Emosi</strong><br />
<table border="1">
<tbody>
<tr>
<td><b>Jenis emosi</b></td>
<td><b>Kepribadian </b></td>
<td><b>Diagnostik</b></td>
</tr>
<tr>
<td>Takut</td>
<td>Penakut</td>
<td>Penghindaran</td>
</tr>
<tr>
<td>Marah</td>
<td>Pemarah</td>
<td>Antisosial</td>
</tr>
<tr>
<td>Bahagia</td>
<td>Mudah bergaul</td>
<td>Hipomanik</td>
</tr>
<tr>
<td>Sedih</td>
<td>Pemurung</td>
<td>Distimik</td>
</tr>
<tr>
<td>Penerimaan</td>
<td>Terpercaya</td>
<td>Histrionic</td>
</tr>
<tr>
<td>Jijik</td>
<td>Kejam</td>
<td>Paranoid</td>
</tr>
<tr>
<td>Pengharapan</td>
<td>Mengontrol</td>
<td>Obsesif-kompulsif</td>
</tr>
<tr>
<td>Terkejut</td>
<td>Peragu</td>
<td>Borderline</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Pada umumnya gangguan emosional berkisar pada persoalan emosi takut
dan kecemasan. Takut sebagai reaksi terhadap situasi yang berbahaya dan
cemas sebagai antisipasi dari rasa takut.<br />
Berbagai jenis fobia merupakan emosi takut yang berlebih.<br />
<ul>
<li>Takut akan tempat tinggi (acrophobia)</li>
<li>Takut pada tempat terbuka (agoraphobia)</li>
<li>Takut cahaya dan kilat (astraphobia)</li>
<li>Takut air (hydrophobia)</li>
<li>Takut makan (sitophobia)</li>
<li>Takut diracuni (toxophobia)</li>
<li>Takut pada orang asing (xenophobia)</li>
<li>Takut kegelapan (nyctophobia)</li>
<li>Takut kotor (mysophobia), dan takut-takut lainnya.</li>
</ul>
<strong>Gangguan kecemasan mencakup antara lain</strong><br />
<ul>
<li>gangguan panik (panic disorder)</li>
<li>fobia sosial (social phobia)</li>
<li>gangguan obsesif-kompulsif</li>
<li>gangguan stress pasca-trauma</li>
<li>gangguan kecemasan umum.</li>
</ul>
Orang fobia mengalami suatu keadaan dimana dirinya butuh memasuki
situasi yang menakutkan, yang kemudian memunculkan kecemasan sebagai
antisipasi. Jika dipaksa memasuki situasi yang menimbulkan fobia, ia
biasanya akan mengalami kecemasan yang sangat kuat. Oleh karenanya,
biasanya mereka menghindar dari tempat-tempat itu. Salah satu fobia,
yakni fobia sosial memiliki dimensi khusus. Seseorang yang mengalaminya
memiliki ketakutan luar biasa pada penilaian dan evaluasi dari orang
lain. Ketakutan akan dihina atau disindir sangat berlebihan sehingga
membatasi diri bergaul dengan orang lain. Biasanya fobia sosial dialami
oleh remaja. Mungkin Anda pernah mendapati seseorang yang tidak bisa
berbicara di depan orang pada remajanya, tapi setelah dewasa menjadi
pembicara yang mahir. Barangkali dulu pada saat remaja orang itu
mengalami fobia sosial yang menghilang seiring kedewasaan.<br />
Terdapat beragam gangguan emosional lainnya. Orang yang sangat
ekstrem intensitas marahnya biasanya disebut kepribadian antisosial.
Lalu orang yang sangat berlebihan merasakan tuntutan bahagia adalah
penderita gangguan hipomanik. Dalam tabel berikut ditunjukkan hubungan
antara emosi dengan gangguan yang dialami jika emosinya terlalu ekstrem.<br />
Adapun jika emosinya sering diulang secara intensif namun belum ekstrim, maka masih hanya disebut sebagai sifat kepribadian.<br />
<strong>Penanganan</strong><br />
<ul>
<li>Kedekatan emosional dengan anak ternyata punya manfaat yang sama
jika dibangun oleh kedua orangtua atau orangtua tunggal. Masa yang
dianggap penting untuk membangun bonding adalah dua tahun pertama
kehidupan anak. Ikatan emosional yang baik antara orangtua dan anak
harus dikembangkan sedini mungkin karena berdampak jangka panjang dalam
kehidupan anak. Anak-anak yang memiliki bonding atau ikatan yang kuat
dengan orangtuanya lebih jarang memiliki gangguan emosi atau perilaku di
usia sekolah. Rasa aman dan hubungan yang positif dengan salah satu
orangtua sebenarnya sudah memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman
sehingga cukup sebagai fondasi bagi perkembangan emosinya.</li>
<li>Ketika anak Anda marah, biarkan dia melaksanakan kewenangan lebih</li>
<li>Kadang-kadang harus memilih pertempuran dan ada juga yang tidak
patut diperjuangkan. Ini tidak bisa lebih benar sebagai anak Anda
berlangsung dari menjadi seorang anak ke remaja. Sebagai anak Anda
tumbuh secara intelektual dan emosional antara usia delapan dan dua
belas, Anda secara alami akan ingin memberinya lebih banyak tanggung
jawab sehingga ia bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab. Ini berarti bahwa ketika ia marah karena dia ingin membeli mainan
murah dengan susah payah uang memotong nya rumput, dan kau tahu itu
adalah ide yang buruk, Anda bisa menyerah di tanah dan membiarkan
konsekuensi dari pilihannya berbicara untuk diri mereka sendiri. Dengan
cara ini, Anda bisa meluangkan sendiri pertempuran dan ia dapat tumbuh
menjadi orang dewasa yang tenang, bijaksana dan diskriminasi yang tidak
memungkinkan emosinya untuk memerintah dirinya. Hal ini merupakan
“realitas disiplin” karena kenyataan menyajikan disiplin. Untuk beberapa
anak, terutama mereka yang berkemauan keras dan sering menuntut bahwa
mereka mendapatkan jalan mereka, itu adalah cara yang bagus untuk pergi.</li>
<li>Jangan hanya berbicara dengan anak Anda tentang kemarahannya ketika dia marah.</li>
<li>Saat marah sulit sekali diberi pengertian sebaiknya diamkan sejenak
sampai emosinya mereda. Namun, penting bahwa jika Anda ingin anak Anda
untuk belajar bagaimana menangani kemarahannya dengan cara yang
konstruktif, Anda harus berbicara dengan dia ketika dia tidak marah.</li>
<li>Sebagai bagian dari membantu anak Anda, biarkan dia tahu bahwa sejak
dia semakin tua, ia dapat lebih bertanggung jawab dalam membantu
dirinya sendiri, karena Anda tidak akan selalu ada untuknya. Menunjukkan
rasa simpati dengan membiarkan dia tahu bahwa itu normal untuk marah
kadang-kadang. Tapi juga mengatakan kepadanya bahwa bagaimana dia
bereaksi terhadap kemarahannya adalah pilihannya dan bagaimana ia
memilih baik akan membuat dia lebih sengsara atau membantunya.</li>
<li>Tanyakan padanya bagaimana perasaannya (dalam emosi dan tubuhnya),
apa yang terjadi yang membuatnya marah, bagaimana ia menanggapi, apa
hasilnya dan bagaimana ia bisa merespon waktu berikutnya. Seiring waktu,
ia mungkin mulai melihat hubungan antara tindakan dan hasilnya.</li>
<li>Bantulah anak Anda membuat rencana disiplin sendiri Setelah anak
Anda mulai melihat bahwa kemarahannya bisa menjadi masalah, dan itu
membuat hidupnya sulit, Anda bisa dengan tenang berkonsultasi dengannya
tentang konsekuensi jika ia merespon tidak tepat. Pertama, Anda harus
menentukan apa yang “pantas” berarti. Dengan berdiskusi dengan dia,
bertanya apakah itu melibatkan seseorang memukul, menyebut mereka nama
atau meludah. Biarkan dia memutuskan. Saya telah menemukan bahwa
kebanyakan anak-anak luar biasa jujur tentang apa yang benar dan salah
ketika mereka tidak terancam.</li>
<li>Setelah Anda telah membuat daftar apa yang tidak respon diterima
marah, Anda dapat membuat daftar lain apa yang akan dilakukannya ketika
dia bertindak tidak tepat. Misalnya, dia akan menempatkan dirinya dalam
time-out? Menghabiskan sore di kamarnya? Atau berikan mainan berharga ke
teman?</li>
<li>Anda juga dapat menawarkan alternatif yang sehat untuk
mengekspresikan kemarahannya, seperti teriakan di luar sampai ia merasa
lebih baik, memukul mainan lembut dalam privasi kamarnya, atau
menggambar sebuah gambar tentang perasaannya ketika dia marah. Setelah
rencana Anda selesai dan Anda berdua setuju,</li>
<li>Anda berdua dapat menandatanganinya dan posting di suatu tempat yang
jelas untuk referensi di masa mendatang. Dengan cara ini, dia tidak
bisa mengatakan dia tidak pernah menjadi bagian dari proses pengambilan
keputusan, dan menempatkan dia bertanggung jawab atas jawabannya.</li>
</ul>
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-20817660974153824032012-12-09T23:37:00.002-08:002012-12-09T23:37:41.464-08:00PENCEGAHAN, FAKTOR RISIKO & PENYEBAB AUTISM<strong>RESIKO TINGGI TERJADI AUTISM :</strong><br />
<ul>
<li>Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko anak menjadi autism lebih besar.</li>
<li>Dengan diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan
untuk mencegah dan melakukan intervensi sejak dini pada anak yang
beresiko.</li>
</ul>
Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam beberapa periode, diantaranya adalah :<br />
<strong>PERIODE KEHAMILAN</strong><br />
<ul>
<li>Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya.</li>
<li>Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak
sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga segala sesuatu gangguan
atau penyakit pada ibu tentunya sangat berpengaruh.</li>
<li>Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan
dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme.</li>
<li>Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih
diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah : Infeksi selama
persalinan terutama infeksi virus Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental
complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa
previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus.
Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi
ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin.</li>
<li>Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah.</li>
<li>Prematur dan berat bayi lahir rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism</li>
<li>Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama Merokok saat kehamilan Stres saat kehamilan</li>
<li>Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada
janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi
gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak
dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga dalam kedaaan
tersebut bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama
kehamilan.</li>
<li>Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi Wilkerson dkk
telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak
autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran
kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna
pada kelompok ibu dengan anak autism.</li>
</ul>
<strong>PERIODE KEHAMILAN</strong><br />
<ul>
<li>Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih
diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah : Infeksi selama
persalinan terutama infeksi virus</li>
<li>Perdarahan selama kehamilan Perdarahan selama kehamilan paling
sering disebabkan karena placental complications, diantaranya placenta
previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and
rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan
transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan
pada otak janin.</li>
<li>Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur
dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga
merupakan resiko tinggi terjadinya autism Obat-obatan yang diminum
selama kehamilan terutama trimester pertama. Peneliti di Swedia
melaporkan pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan
autism</li>
<li>Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada
janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi
gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak
dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Infeksi saluran kencing,</li>
<li>Panas tinggi dan Depresi Wilkerson dkk telah melakukan penelitian
terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism dibandingkan 209 tanpa
autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu dengan anak
autism.</li>
</ul>
<strong>PERIODE PERSALINAN</strong><br />
<ul>
<li>Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.</li>
<li>Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan
kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam
persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan
oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak.</li>
<li>Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap
gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas
hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya</li>
<li>Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism
adalah : Pemotongan tali pusat terlalu cepat Asfiksia pada bayi (nilai
APGAR SCORE rendah <3)</li>
</ul>
<strong>PERIODE USIA BAYI</strong><br />
<ul>
<li>Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau
gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang
akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya gangguan autism.</li>
<li>Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autism adalah
sebagai berikut : Prematuritas Alergi makanan Kegagalan kenaikan berat
badan Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik,
kelainan metabolik,</li>
<li>Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar,
sering buang air besar Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang,
otot atipikal, kelemahan otot. B.</li>
</ul>
<strong>PENCEGAHAN AUTISM </strong><br />
<ul>
<li>Tindakan pencegahan adalah yang paling utama dalam resiko terjadinya penyakit atau gangguan.</li>
<li>Demikian pula kelainan autism, meskipun teori penyebabnya masih
belum jelas terungkap namun beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan.</li>
<li>Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun
penelitian faktor resiko autisme. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini
mungkin sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan, persalinan dan
periode usia anak.</li>
</ul>
<strong>PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN </strong><br />
<ul>
<li>Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak kehamilan , harus dilihat
dan diamati penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan perkembangan
sejak dalam kehamilan. Untuk mengurangi atau menghindari resiko yang
bisa timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui beberapa cara.</li>
<li>Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak
dalam kehamilan tersebut diantaranya adalah : Periksa dan konsultasi ke
dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu
berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan. Melakukan pemeriksaan
skrening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).</li>
<li>Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan
secara rutin dan berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan petunjuk
dokter dengan baik. Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke
dokter kandungan anda. Perdarahan selama kehamilan paling sering
disebabkan karena kelainan plasenta. Kondisi tersebut mengakibatkan
gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan
gangguan pada otak janin.</li>
<li>Perdarahan pada awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran
prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir
rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism dan gangguan
bahasa lainnya. Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan, bila perlu
harus konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Obat-obatan yang diminum
selama kehamilan terutama trimester pertama. Peneliti di Swedia
melaporkan pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat
mengganggu pembentukan sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan
autism dan gangguan perkembangan lainnya termasuk gangguan berbiocara.</li>
<li>Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai menghindari paparan
alergi berupa asap rokok, debu atau makanan penyebab alergi sejak usia
di atas 3 bulan.</li>
<li>Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi atau toksik lainnya
selama kehamilan. Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan
lingkungan kita. Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan dalam jumlah
yang cukup. Sekaligus konsumsi vitamin dan mineral tertentu sesuai
anjuran dokter secara teratur.</li>
<li>Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada
janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu.
Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi
gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak
dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga dalam kedaaan
tersebut bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab
tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama
kehamilan. Bila gerakan bayi dan gerakan hiccups/cegukan pada janin yang
berlebihan terutama pada malam hari serta terdapat gejala alergi atau
sensitif pencernaan salah satu atau kedua orang tua. Sebaiknya ibu
menghindari atau mengurangi makanan penyebab alergi sejak usia kehamilan
di atas 3 bulan.</li>
<li>Hindari asap rokok, baik secara langsung atau jauhi ruangan yang
dipenuhi asap rokok. Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres
dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.</li>
</ul>
<strong>PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN</strong><br />
<ul>
<li>Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.</li>
<li>Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan
kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam
persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan
oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak.</li>
<li>Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap
gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas
hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya Beberapa
hal yang terjadi saat persalinan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga harus
diperhatikan : Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kandungan
dan kebidanan tentang rencana persalinan.</li>
<li>Dapatkan informasi secara jelas dan lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama persalinan.</li>
<li>Bila terdapat resiko dalam persalinan harus diantisipasi kalau
terjadi sesuatu. Baik dalam hal bantuan dokter spesialis anak saat
persalinan atau sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive Care Unit)
bila dibutuhkan. Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada bayi baru lahir (bayi
tidak menangis atau nilai APGAR SCORE rendah</li>
</ul>
<strong>PENCEGAHAN SEJAK USIA BAYI</strong><br />
<ul>
<li>Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa faktor resiko yang
harus diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan
terapi dan intervensi secara dini bila sudah mulai dicurigai terdapat
gejala atau tanda gangguan perkembangan.</li>
<li>Adapun beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : · Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir.</li>
<li>Gangguan teresebut meliputi : sering muntah, tidak buang besar
setiap hari, buang air besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali
perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering kembung, rewel malam
hari (kolik), hiccup (cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila
terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang paling sering adalah
alergi makanan dan intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi
ganggguan tersebut bukan dengan obat tetapi dengan mencari dan
menghindari makanan penyebab keluhan tersebut.</li>
<li>Gangguan saluran cerna yang berkepanjangan akan dapat mengganggu
fungsi otak yang akhirnya mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak. ·
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan, harus diwaspadai.
Pemberian vitamin nafsu makan bukan jalan terbaik dalam mengobati
penderita, tetapi harus dicari penyebabnya · Bila terdapat kelainan
bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli. Harus diamati tanda dan
gejala autism secara cermat sejak dini. ·</li>
<li>Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi atau saraf seperti
trauma kepala, kejang (bukan kejang demam sederhana) atau gangguan
kelemahan otot maka kita harus lebih cermat mendeteksi secara dini
gangguan perkembangan. · Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning
tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia bayi (sepsis dll)
atau pemberian antibiotika tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh kembangnya secara rutin dan cermat terutama gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak.</li>
<li>Bila didapatkan penyimpangan gangguan perkembangan khususnya yang
mengarah pada gangguan perkembangan dan perilaku maka sebaiknya
dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya untuk menegakkan
diagnosis dan intervensi sejak dini.</li>
<li>Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang disertai gejala alergi
atau terdapat riwayat alergi pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian
makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2 atau 3 tahun.</li>
<li>Makanan yang harus ditunda adalah telor, ikan laut, kacang tanah,
buah-buahan tertentu, keju dan sebagainya. · Bayi yang mengalami
gangguan pencernaan sebaiknya juga harus menghindari monosodium glutamat
(MSG), amines, tartarzine (zat warna makanan), · Bila gangguan
pencernaan dicurigai sebagai Celiac Disease atau Intoleransi Casein dan
Gluten maka diet harus bebas casein dan Gluten,</li>
<li>Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang baik secara
kualitas dan kuantitas, hindari rasa permusuhan, pertentangan, emosi dan
kekerasan. Bila terdapat faKtor resiko tersebut pada periode kehamilan
atau persalinan maka kita harus lebih waspada. Menurut beberapa
penelitian resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan terjadi
autism. Selanjutnya kita harus mengamati secara cermat tanda dan gejala
autism sejak usia 0 bulan.</li>
<li>Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau perlu dilakukan
intervensi sejak dini dalam hal pencegahan dan pengobatan. Lebih dini
kita melakukan intervensi kejadian autism dapat kita cegah atau paling
tidak kita minimalkan keluhan yang akan timbul. Bila resiko itu sudah
tampak pada usia bayi maka kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan
kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan kenaikkan berat badan harus
betul-betul dicari penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan terbaik
untuk mencari penyebab kelainan tersebut.</li>
<li>Demikan pula gangguan alergi makanan dan gangguan pencernaan pada
bayi, harus segera dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah karena
alergi makanan atau intoleransi makan, penyebabnya jenis makanan
tertentu termasuk susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara terbaik
untuk mencari penyebab gangguan alergi atau gangguan pencernaan
tersebut. Yang paling ideal adalah kita harus menghindari makanan
penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obat-obatan. Obat-obatan dapat
diberikan sementara bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk
selamanya.</li>
</ul>
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-3509440992919974372012-12-09T23:30:00.001-08:002012-12-09T23:30:44.243-08:00PENYEBAB DISLEKSIA<h3>
Pengaruh ortografi bahasa </h3>
Kompleksitas ortografi bahasa,
atau menulis dan ejaan sistem, memiliki dampak langsung pada bagaimana
sulitnya untuk belajar membaca dalam bahasa itu; formal, ini adalah
kedalaman ortografi. Meskipun bahasa Inggris telah ortografi abjad, itu
adalah ortografi yang kompleks atau mendalam yang mempekerjakan pola
ejaan pada beberapa tingkatan. Kategori struktural utama yang menyusun
ejaan bahasa Inggris adalah surat-suara korespondensi, suku kata, dan
morfem. Beberapa bahasa lain, seperti Spanyol, telah ortografi abjad
yang mempekerjakan hanya surat-suara korespondensi, yang disebut
ortografi dangkal. Hal ini relatif mudah untuk belajar membaca dalam
bahasa seperti Spanyol, itu jauh lebih sulit untuk belajar membaca dalam
bahasa yang memiliki aksara yang lebih kompleks, seperti dalam bahasa
Inggris. Sistem penulisan Logographic, karakter terutama Cina,
menimbulkan kesulitan tambahan. <br />
Dari perspektif neurologis,
berbagai jenis penulisan, misalnya, alfabet dibandingkan dengan
pictographic, memerlukan jalur neurologis yang berbeda untuk membaca,
menulis dan mengeja. Karena sistem penulisan yang berbeda memerlukan
berbagai bagian otak untuk memproses notasi visual berbicara, anak-anak
dengan masalah membaca dalam satu bahasa mungkin tidak memiliki masalah
membaca dalam bahasa dengan ortografi yang berbeda. Keterampilan
neurologis yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas membaca, menulis,
dan ejaan dapat bervariasi antara sistem penulisan yang berbeda dan
sebagai hasilnya berbeda defisit neurologis keterampilan dapat
menyebabkan disleksia masalah dalam kaitannya dengan ortografi yang
berbeda. <br />
<ul>
<li> Kekacauan adalah gangguan berbicara lancar
melibatkan baik suku dan irama bicara, dan mengakibatkan dalam kecakapan
wicara. Pidato yang tidak menentu dan dysrhythmic, terdiri dari spurts
cepat dan dendeng yang biasanya melibatkan kalimat yang salah.
Kepribadian clutterer beruang kemiripan yang mencolok dengan kepribadian
orang-orang dengan ketidakmampuan belajar. </li>
</ul>
<h3>
Memperburuk kondisi </h3>
Disleksia diyakini kondisi neurologis yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk membaca dan mengeja bahasa tertulis. Hal ini dapat
menyebabkan masalah dengan memori pendengaran dan pendengaran
sekuensing. Banyak orang dengan disleksia memiliki masalah pemrosesan
pendengaran termasuk sejarah pembalikan pendengaran, dan dapat
mengembangkan sendiri Logographic isyarat untuk mengkompensasi hal ini
jenis defisit. Auditory pengolahan gangguan diakui sebagai salah satu
penyebab utama disleksia. Beberapa anak dapat memperoleh gangguan
pendengaran sebagai hasil pengolahan mengalami otitis media dengan efusi
(Lem Telinga, telinga Sticky, Grommits) dan kondisi telinga yang parah.
<br />
<ul>
<li> Sindrom sensitivitas scotopic, juga dikenal sebagai
Sindrom Irlen, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kepekaan terhadap panjang gelombang tertentu dari cahaya yang mengganggu
pemrosesan visual. </li>
<li> Attention deficit hyperactivity disorder. Terjadi di antara 12% dan 24% dari mereka dengan disleksia. </li>
<li> Afasi </li>
</ul>
Pengalaman penundaan akuisisi berbicara, dan berbicara dan masalah
bahasa dapat disebabkan oleh masalah pengolahan dan masukan decoding
pendengaran sebelum mereproduksi versi mereka sendiri pidato, dan dapat
diamati sebagai gagap, mengacaukan atau pidato ragu-ragu. CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-68132904861180342362012-11-20T00:24:00.001-08:002012-11-20T00:24:18.366-08:00Bagaimana Cara Kita Membantu Kanak-Kanak Disleksia <em>LANGKAH-LANGKAH MENBANTU KANAK-KANAK DISLEKSIA</em><br /><br />- Membawa berjumpa dengan pakar pisikologi pembelajaran atau psikologi klinikal pada peringkat awal bagi tujuan menaganinya<br />- Membantu kanak-kanak memahami bahawa walaupun dia mungkin berbeza dalam banyak hal tetapi tetap disayangi.<br />- Menambah dan menggalakkan sebarang kemahiran istimewa bakat atau kebolehan semulajadi<br />- Sentiasa sabar melayani karenah mereka yang mana biasanya kecewa dengan kegagalan yang berterusan.<br />- Membacakan cerita untuk anak-anak serta menjadi ahli persatuan sokongan ibu bapa<br />- Memberikan bantuan dan latihan pembelajaran sebelum memasuki tadika<br />- Mengamalkan suasan kasih sayang serta bersikap perihatin dalam mengekalkan suasana harmoni<br />- Membuat aktiviti berkeluarga serta memberi bimbingan dalam bidang akademik<br />- Memberi kebebasan yang terbatas serta nasihat untuk mengenal identiti sendiri<br />- Mengamalkan konsep diri diberi ganjaran atau pujian contohnya bagus, pandai<br /><br /><em>Bagaimana guru membantu kanak-kanak di dalam kelas?</em><br />Banyak
cara yang boleh dilakukan oleh guru dalam membantu kanak-kanak
disleksia selain dari kaedah dan teknik mengajar. Antaranya adalah:<br /><br />• Dudukkan kanak-kanak di hadapan kelas.<br />• Guru hendaklah bercakap dengan suara yang tenang dan jelas.<br />• Tulisan guru mestilah terang dan jelas.<br />• Beri masa yang lebih kepada kanak-kanak dalam menyelesaikan kerja mereka. <br />• Berikan kelonggaran kepada mereka.<br />• Banyakkan penglibatan kanak-kanak dalam kemahiran lisan.<br />• Elakkan kerja-kerja rumah yang terlampau banyak.<br />• Semasa kanak-kanak lain sedang membaca sendiri, guru cuba ajarkan kanak-kanak bermasalah itu membaca secara fonetik.<br />• Jangan marahkan kanak-kanak jika tersalah mengeluarkan buku pelajaran tetapi bantulah dia.<br />• Sediakan bahan pengajaran yang baik.<br />• Gunakan aplikasi teori Gestalt.<br />• Tekankan ke atas pengamatan butiran.<br />• Konsep kedudukan dan orientasi huruf.<br />• Berikan latihan kemahiran urutan pandangan.<br />• Pengajaran me<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-4175920707090622352012-11-20T00:23:00.002-08:002012-11-20T00:23:27.928-08:00Antara Keistimewaan Kanak-Kanak DisleksiaKeistimewaan Disleksia<br /> <br />•Bertutur dengan baik dan lancar -punya kemahiran lisan setanding dengan rakan sebaya.<br />•Menjawab soalan secara lisan dengan baik. Jawapan murid menepati kehendak soalan. <br />•Boleh menghasilkan cerita berpandukan gambar tunggal atau gambar bersiri yang ditunjukkan atau ditayangkan. <br />•Berminat
terhadap perkara baru. Murid disleksia sering mengajukan soalan untuk
mendapatkan maklumat lanjut berhubung perkara atau topik baru. <br />•Mempunyai
kecenderungan dalam bidang tertentu seperti dalam bidang seni iaitu
nyanyian, melukis, kraftangan dan sebagainya. Bidang sukan seperti
permainan, olahraga dan sebagainya. <br />•Kreatif dan mempunyai banyak idea. Berupaya mengutarakan pendapat, idea dan pandangan. <br />•Kesedaran yang tinggi terhadap alam sekeliling <br />•Naluri ingin tahu yang tinggi <br />•Berfikir secara gambaran dan bukan tulisan <br />•Daya persepsi yang matang <br />•Berkebolehan membuat ramalan dan jangkaan <br />•Berfikir secara dimensi dengan menggunakan semua pancaindera <br />•Berkhayal sehingga boleh menjadikan impiannya menjadi kenyataan
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-40271971223357605152012-11-20T00:22:00.001-08:002012-11-20T00:22:17.763-08:00Masalah Yang Sering dihadapi oleh Kanak-Kanak Disleksia Masalah utama yang dihadapi kanak-kanak disleksia kebanyakanya adalah
dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini boleh dikelaskan kepada; <br /><br /><em>Mengeja</em><br />Kelemahan
mengeja akan menyebabkan kebolehan untuk menyampaikan pengetahuan yang
diperolehi adalah terhad. Untuk tempoh jangka mas yang panjang kelemahan
dalam proses mengeja akan memberi kesan terhadap kelemahan membaca.
Timbulnya masalah ini adalah berpunca daripada masalah-masalah awalan
seperti terdapatnya kekeliruan dalam mengenal pasti huruf-huruf seperti;<br />m – w y –g – j u – n m – n<br />c – e p – q h – n b – d <br /><br />Terdapat juga kekeliruan dalam membunyikan huruf seperti<br />t – h f – v<br /><br /><em>Membaca</em><br />Kesukaran
ini menghadkan kebolehan kanak-kanak untuk mendapatkan maklumat
daripada rujukan-rujukan yang berkaitan. Secara langsung ianya akan
membuat kanak-kank merasa rendah diri dan tidak berkeyakinan. Mereka
censerung menterbalikkan perkataan seperti:<br />Batu – tuba <br /><br />Gula - lagu <br /><br />Selain itu mereka juga melakukan pembalikkan dalam ayat. Contohnya seperti berikut:<br /><br />pada masa yang sama – dapa masa yang masa <br /><br />Kekeliruan perkataan antara Bahasa Melayu dengan Bahasa Inggeris. Contohnya seperti berikut :<br />Bahasa Inggeris dengan Bahasa Melayu<br /><br />Jam – jem <br /><br />cat - cat<br /><br /><em>Menulis</em><br />Kanak-kanak
ini juga mengalami kesukaran untuk memindahkan maklumat ke atas kertas.
Mereka juga mengalami kesukaran untuk memegang pensel dan tidak dapat
menulis mengikut garisan yang disediakan. Kanak-kanak ini juga cenderung
menulis perkataan yang pelik-pelik <br /><br /><br /><em>Bercakap dan mendengar</em><br />Terdapat
juga diatara mereka yang mengalami kesukaran untuk bertutur. Mereka
juga kelihatan seperti tidak mendengar atau mempedulikkan. Hal ini
berlaku disebabkan kelambatan dalam proses maklimat yang diperolehi.
Mereka juga tidak melakukan atau menyusun sesuatu mengikut susunan.<br /><br /><br /><em>Nombor</em><br />Kanak-kanak
ini juga menghadapi kesukaran dalam pembelajaran yang berkaitan dengan
matematik mental. Terdapat kekeliruan terhadap tanda dan simbol dan suka
menterbalikkan nombor yang sama. Contohnya seperti berikut :<br />3 – 5 - 8<br /><br />9 - 6<br /><br /><br /><strong>Masalah fizikal, pengurusan diri dan sosial</strong><br />- Pakaian sentiasa tidak kemas tetapi tidak kotor dan pandai membutangkan baju, kidal dan pandai mengikat tali kasut<br />- Kelihatan berminat dalam pelajaran tetapi dilabel pemalas dan kelihatan bodoh<br />- Skop penglihatan yang terhad di mana keliru antara depan, belakang, kiri, kanan,, atas, bawah serta pengamatan yang lemah
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-74804679780552640962012-11-20T00:21:00.003-08:002012-11-20T00:21:34.990-08:00Ciri-ciri Disleksia1) perkembangan motor yang kurang matang termasuk kelakuan-kelakuan hiperkinetik<br />2) gangguan penglihatan<br />3) singkat ingatan<br />4) gangguan dalam bahasa<br />5) kebolehan kognitif yang rendah<br />6) kesukaran dalam kematangan emosi dan social<br />7) tidak dapat membezakan lambing bertulis dengan bunyi lambing tersebut<br />8)
tidak dapat mengaitkan bunyi huruf dengan lambang iaitu tidak dapat
mengingat lambang mana yang harus ditulis untuk dipadankan dengan
bunyi-bunyi tersebut<br />9) tidak dapat menyusun lambang tulisan supaya betul dan bersesuaian dengan bunyi-bunyinya agar menjadi perkataan yang beermakna<br />10)
tidak dapat menulis dari kiri ke kanan dan juga tidak dapat menulis
susunan huruf atau perkataan agar tidak terbalik kedudukannya. <br />11) Tidak dapat menyusun atau mengurus masa dan ruang mengikut susunannya.<br />12) Tidak dapat membuat koordinasi motor mata-tangan kiri kanan serta menumpukan perhatian<br />13) Sukar mengikuti latihan sukan yang kompleks<br />14) Peningkatan tumpuan kepada aktiviti pendengaran<br />15) Lebih tumpuan kepada aktiviti pendebgaran yang mana menutup kemahiran pandangan<br />16) Sukar belalar bahasa, ketidakseimbangan kebolehan intelektual<br />17) Tidak lancar membaca,menulis daya tumpuan yang lemah<br /><br /><em><strong>Kesalahan-kesalahan dari segi bacaan </strong></em>yang dilakukan oleh kanak-kanak disleksia<br />• Mereka-reka cerita berdasarkan gambar yang ditunjukkan walaupun cerita tersebut tiada kaitan dengan isi bacaan.<br />• Membaca lambat dan teragak-agak.<br />• Mengikut bacaan dengan jari.<br />• Kerap hilang tempat bacaan, sama ada hilang terus atau membaca baris tersebut dua kali.<br />• Membaca kuat tetapi teragak-agak dengan satu intonasi.<br />• Cuba mengeja tetapi sebutannya salah misalnya mengeja ketat tetapi menyebut kelat.<br />• Meramal perkataan tanpa mengira ianya bermakna atau tidak.<br />• Membaca secara terbalik misalnya aman dibaca nama dan sebagainya.<br />• Menyusun perkataan dengan susunan yang salah.<br />• Memendekkan perkataan yang panjang misalnya kerosakan dibaca rosak sahaja.<br />• Salah membaca perkataan yang mempunyai bentuk yang sama misalnya kakak=katak, baju=bayu.<br />• Menggantikan perkataan lain yang sama maknanya misalnya ayahanda=bapa.<br /><br /><br /><em><strong>Kesilapan tulisan-tulisan </strong></em>yang dilakukan kanak-kanak disleksia<br />• Menulis huruf-huruf dengan susunan yang salah misalnya saman ditulin sanam.<br />• Menulis secara mirror writing.<br />• Menterbalikkan huruf misalnya b menjadi d.<br />• Menulis perkataan yang didengar misalnya buang menjadi buwang.<br />• Menggunakan perkataan yang ganjil seperti mjeik, pojktc dan lain-lain lagi.<br />• Tertinggal huruf dalam perkataan seperti emak menjadi mak sahaja.<br />• Menambah huruf misalnya tuang menjadi tunang.<br />• Tidak dapat menulis huruf yang disebut.<br />• Tidak dapat memilih huruf yang disebut.<br />• Tidak dapat menyesuaikan huruf dengan huruf yang sama.<br /><br />Nak lagi "detail"???<br /><br /><em>Ciri-ciri Disleksia Kanak-kanak pra-sekolah :</em><br />- Kemahiran bertutur yang lambat dan sukar memahami arahan<br />- Suka mengganti perkataan dan hiperaktif<br />- Kemahiran motor kasar dan motor halus yang lemah<br />- Seringkali terlupa nama benda-benda atau pelajaran yang dipelajari<br />- Tidak merangkak semasa bayi<br />- Suka mendengar bacaan tetapi tidak berminat membaca sendiri<br />- Sifat ingin tahu tinggi, berminat terhadap pekara baru dan suka bertanya banyak soalanKanak-kanak <br /><br /><em>Ciri-ciri Disleksia Kanak-kanak Sekolah Rendah :</em> <br /><br /><em>Umur 6 hingga 9 tahun</em><br />- Kemahiran membaca, menulis dan mengeja yang lemah dan suka menterbalikkan perkataan, huruf dan nombor<br />- Menggunakan jari untuk mengira dan membaca<br />- Keliru dengan kiri dan kanan<br />- Tulisan cermin atau terbalik <br /><br /><em>Umur 9 hingga 12 tahun</em><br />- Kesilapan membaca, mengeja dan lemah dalam kefahaman<br />- Mengambil masa yang panjang untuk menyiapkan latihan<br />- Kesukaran menyalin maklumat dipapan putih atau buku teks<br />- Sukar mengikuti arahan lisan yang panjang<br />- Kelihatan tidak terurus semasa berada dirumah atau sekolah<br />- Kurang keyakinan dan menghadapi masalah tekanan jiwa Sekolah Menengah :<br />- Kesukaran membaca dan terkeliru dengan perkataan dan ejaan yang tidak konsisten<br />- Kesukaran menulis karangan<br />- Keliru dengan nombor-nombor dan arahan oral<br />- Kesukaran mempelajari bahasa lain<br />- Lemah dalam kefahaman dan tidak mempunyai ramai kawan<br />- Jenis orang yang suka senyap<br />- Bercakap dengan nada yang kuat atau menjerit daripada konsisten<br />- Kurang kemahiran bersosial
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-8864937471104637902012-11-20T00:20:00.000-08:002012-11-20T00:20:06.732-08:00Punca-punca Disleksia
<div class="post-header">
</div>
Mengikut Mercer, 1997; Hammond dan Hughes, 1996 dan Spaafford dan Grosser,1996, antara punca-punca disleksia ialah; <br /><br /><strong>Keturunan atau genetik</strong><br />Kebanyakan
kes, terdapat beberapa ahli keluarga yang mengalami masalah-masalah
yang sama. Kemungkinan punca ini boleh diwarisi yang membezakan adalah
darjah keterukannya. Terdapat kajian yang dijalankan telah membuktikan
disleksia desebabkan oleh kromosom 15, 1 dan 16 yang boleh diperturunkan
secara turun-temurun (Psychological Society, 1991 dan Hammond dan
Hughes, 1996)<br /><br /><strong>Biologi</strong><br />Sejarah kanak-kanak
disleksia biasanya adalah semasa dilahirkan tidak cukup bulan,
kekurangan oksigen semasa dilahirkan atau kelahiran yang amat sukar.
Faktor-faktor ini menjadi punca kelambatan atau ketidaksempurnaan
perkembangan. Sebahagian daripada kerosakan otak yang menyebabkan
kanak-kanak ini mengalami masalah belajar dan kerosakan ini minimum. <br /><br />•Kesukaran
ibu semasa dilahirkan seperti lahir tidak cukup bulan, kekurangan
oksigen semasa dilahirkan atau komplikasi yang dihadapi ibu semasa
proses kelahiran. Semua faktor ini berkemungkinan menyebabkan
ketidaksempurnaan perkembangan pada otak yang menyebabkan kanak-kanak
tersebut menghadapi masalah disleksia (Hammond dan Hughes, 1996; 11). <br /><br />•Dejerine
(1892) (disunting oleh Spatford dan Grosser) telah membuat kesimpulan
bahawa disleksia adalah berpunca daripada kerosakan pada ‘Corpus
Callosum’ dan ‘Visual Cortex’ dalam otak manusia.<br /><br /><strong>Kematangan</strong> <br />•Biasanya
terdapat perbezaan dalam perkembangan sistem saraf manusia. Ada
kanak-kanak yang lebih lambat perkembangannya pada bahagian-bahagian
tertentu dalam sistem saraf jika dibandingkan dengan rakan sebayanya. <br /><br />•Kanak-kanak
lelaki lebih lambat matang daripada kanak-kanak perempuan. Perkembangan
kematangan kanak-kanak lelaki secara umumnya berlaku secara mendadak
dan tidak berperingkat seperti kanak-kanak perempuan. <br /><br />•Kelewatan kematangan merupakan antara kemungkinan punca kanak-kanak mengalami disleksia.<br /><br /><br />Bagaimana Disleksia terjadi?<br /><br />•
Kesilapan yang dilakukan oleh kanak-kanak ini banyak persamaan dengan
kesilapan yang dilakukan oleh orang dewasa aphasia yang menghadapi
kerosakan otak. Perbezaannya adalah mangsa aphasia telah pun mempunyai
kemahiran membaca dan menulis tetapi disebabkan kecederaan di otak, dia
tidak dapat lagi membaca dan menulis sementara kanak-kanak disleksia
pula tidak pernah mempunyai kemahiran membaca dan menulis.<br /><br />•
Biasanya penyakit ini telah sedia ada dalam gen keluarga kanak-kanak
tersebut. Ini telah dibuktikan oleh Hallgren (1970) yang membuat kajian
ke atas 12 pasangan kembar monozygote dan mendapati kesemua keluarga 12
kes tersebut menghadapi masalah dalam bacaan dan ejaan semasa zaman
kanak-kanak.<br /><br />• Didapati penyakit ini banyak menyerang kanak-kanak
lelaki daripada kanak-kanak perempuan dengan kadar 3:1/2:1. Ini
disebabnya oleh orang lelaki lebih banyak tanggungjawab berbanding orang
perempuan.<br /><br />• Disleksia berlaku secara perkembangan atau
pembinaan iaitu berkembang sedikit demi sedikit. Bahagian-bahagian
tertentu dalam otak tidak berapa matang atau dengan kata lain perkatan
pertumbuhannya tidak seimbang lalu menyebabkan bahagian otak yang
mengawal bacaan dan ejaan tidak dapat lagi berfungsi dengan sepenuhnya.<br /><br />•
Berlaku perlawanan dalam dua cerebral hemisphere dalam menguasai
kemahiran bacaan dan ejaan. Pada kebiasaannya hemisphere kiri yang
menguasai bacaan tetapi kerana ianya lemah maka terjadilah keterbalikkan
perkataan dan huruf kepada kanak-kanak ini.<br /><br />• Ada juga pendapat
yang mengatakan bahawa masalah dysleksia adalah disebabkan oleh
pengajaran guru yang tidak berkesan. Pendapat ini telah ditentang hebat
dengan alasan jika pengajaran guru tidak sesuai, sudah tentu terdapat
satu kumpulan murid di dalam kelas yang menghadapi disleksia.<br /><br />• Berlaku akibat rencatan secara am di dalam perkembangan bahasa kanak-kanak itu.
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-34318175431352378592012-11-20T00:18:00.002-08:002012-11-20T00:18:48.095-08:00Jenis-jenis Disleksia<strong>1) Disleksia Visual</strong><br />Tidak dapat menterjemahkan
lambing-lambang bahasa yang ditulis atau dicetak supaya ianya bermakna.
Perkataan –perkataan atau huruf-huruf yang dilihat terbalik.<br />Sukar mengingati dan mengenal huruf, tidak berupaya menterjemah symbol.<br /><br />Kesukaran
utama yang dihadapi ialah untuk mengigat dan mengenal abjad serta
konfugirasi perkataan. Simbol-simbol perkataan yang dicetak juga sukar
untuk diterjemahkan. Kemungkinan untuk melihat abjad-abjad tertentu atau
sebahagian perkataan adalah secara terbali<br /><br /><strong>2) Disleksia Auditori</strong><br />Tidak dapat membuat pengamatan pendengaran atau tidak dapat membezakan bunyi huruf yang diperdengarkan padanya.<br />Sukar
mengingatai bunyi huruf, memahami bunyi mengikut suku kata dan menyusun
atau menggabungkan suku kata untuk menyebut perkataan.<br /><br />Kesukaran
untuk mengingat bunyi abjad, menganalisis bunyi mengikut suku kata
perkataan dan menyusun atau menggabungkan suku kata bagi menyembunyikan
perkataan. Bunyi percakapan yang tuturkan secara halus juga tidak dapat
dibezakan. Masalah untuk membezakan bunyi vokal dengan konsonan juga
dihadapi oleh disleksia auditori <br /><br /><strong>3) Disgraphia</strong><br />Kesukaran dalam mengkoordinasikan tangan dan otot-otot tangan agar dapat menulis dengan baik dan tulisannya dapat dibaca.<br /><br />Kesukaran mambaca yang amat teruk dan ini disebabkan oleh kelemahan untuk memproses tulisan secara visual dan audio
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-11325058399451535672012-11-20T00:17:00.006-08:002012-11-20T00:17:52.597-08:00DISLEKSIA <div class="post-header">
</div>
Apakah disleksia?<br />
<br />
Kepayahan memahami perkataan. Kepayahan dalam
melihat perkataan, mendengar sebutan perkataan, menyebut perkataan dan
sebagainya.ia juga disebut kesukaran dalam mentafsir fonologi yang
bermaksud kesukaran dalam menggambarkan dan menghubungkaitkan perkataan
dalam ingatan untuk mengingati perkataan itu. <br />
<br />
Disleksia adalah
satu masalah pembelajaran iaitu kesukaran mengenal huruf, membaca,
menulis, mendengar dan bercakap disebalik pengajaran yang cukup dan
peluang budaya yang sempurna. Sebenarnya masalah ini bukanlah satu
penyakit dan ia tidak memerlukan ubat untuk mengubatinya, sebaliknya
dengan program pendidikan yang sesuai masalah ini dapat dikurangkan.
Disleksia juga bukan disebabkan kecerdasan yang lemah serta penglihatan
tetapi seseorang disleksia tidak mengecam sesuatu dalam keadaan
terbalik. Ternyata sekali disleksia menghuraikan sesuatu kelainan dalam
otak, selalunya ia adalah pemberian Tuhan yang terus berkembang dalam
diri seseorang dengan cara yang berlainan.<br />
<br />
<b>DEFINISI</b><br />
<br />
Perkataan
“disleksia” (dyslexia) adalah hasil gabuangan dua perkataan Greek iaitu
“Dys” yang bermaksud kesukaran dan “Lexis” bermaksud perkataan atau
dengan kata lain, kesukaran menggunakan perkataan. Istilah ‘buta huruf’
juga digunakan untuk kategori ini. Seorang Profesor Berlin pada tahun
1887, merangkap seorang pakar perubatan dan ‘ophalomotologist’ telah
memperkenalkan perkataan ‘Disleksia’ (Hammond dan Hugges,
1996:3)“Disleksia ialah satu ‘Disorder’ dalam kanak-kanak yang telah
terima Pendidikan Biasa, tidak memperolehi kemahiran bahasa, bacaan,
menulis dan ejaan yang setaraf intelek” (World Federation Of Neurology,
1968) Selain itu terdapat juga beberapa perkataan lain yang berkaitan
dengan Disleksia, diantaranya ialah:- <br />
<br />
•Dyscalculia (Diskalkulia) iaitu seorang disleksia yang bermasalah dalam pengiraan ataupun matematik<br />
•Dysgraphia (Disgrafia) iaitu seorang disleksis yang bermasalah dalam bahasa<br />
•Dyspraxia (Dispraksia) iaitu seorang disleksis yang bermasalah dalam ko-ordinasi moto-mata-tangan
CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-57719503380232186482012-11-17T03:12:00.002-08:002012-11-17T03:12:33.930-08:00UJIAN SARINGAN DAN DIAGNOSTIK<b>Ujian Saringan (US</b>) <br />
Ujian Saringan merupakan ujian yang dijalankan untuk menapis atau
menyaring murid-murid berkeperluan khas daripada kelas perdana. Guru
dapat mengesan kurid-murid yang dijangka memerlukan program pemulihan
khas hasil daripada Ujian Saringan. <br />
<br />
Ujian Saringan ialah satu alat untuk meninjau secara am kelemahan dan kekuatan murid dalam kemahiran mata pelajaran asas.<br />
Instrumen US didasarkan kepada apa yang sudah dipelajari oleh murid dalam kelas biasa.<br />
Menguji murid yang dijangka memerlukan perkhidmatan pendidikan pemulihan.<br />
<br />
<i>Faktor yang menentukan bilangan murid </i>:<br />
• Skor yang rendah dalam Ujian Saringan.<br />
• Jumlah yang dapat diselenggarakan oleh guru pemulihan.<br />
• Masalah murid.<br />
• Kemudahan ruang untuk kelas pemulihan.<br />
<br />
<b>Ujian Diagnostik<br />
</b><i>Definisi<br />
</i>Adalah satu alat pengukuran yang membolehkan guru pemulihan khas
mengesan punca dan kawasan kelemahan secara terpeinci yang dihadapi oleh
seseorang murid.<br />
<br />
<i>Tujuan Ujian Diagnostik<br />
</i>• Ujian diagnostik bertujuan membantu guru mengenalpasti secara khusus kesulitan kesulitanyangdihadapiolehmurid.<br />
• Ujian diagnostik bertujuan membantu guru mengenal pasti punca kegagalan murid untuk menguasai sesuatu kemahiran.<br />
• Ujian diagnostik bertujuan membantu guru mengenal pasti kumpulan
tertentu mengikut kebolehan dan kawasan-kawasan kesukaran yang dihadapi
oleh murid.<br />
• Ujian diagnostik bertujuan membantu guru merancang satu program
pengajaran yang khusus pada individu atau kumpulan dengan lebih tepat
dan sistematik.<br />
• Ujian diagnostik bertujuan membolehkan guru merancang dan membina
program dan bahan bantu mengejar yang bersesuaian mengikut tahap murid.<br />
<br />
<i>Membina Ujian Diagnostik<br />
</i> Sebelum membina sesuatu ujian diagnostik, beberapa perkara utama perlu ditentukan: <br />
• Objektif ujian<br />
• Kemahiran yang hendak diuji<br />
• Bagaimana hendak menguji individu / kumpulan.<br />
• Siapa yang hendak diuji – sasaran.<br />
<br />
• Ujian yang dirancang dengan teliti, cermat dan sempurna dapat
memberikan penilaian yang lebih adil terhadap murid pemulihan. Oleh itu,
borang JPU perlu disediakan.-<br />
<br />
• Ujian berbentuk lisan dan bertulis lebih sesuai untuk menilai kesukaran yang dihadapi oleh murid dalam pembelajaran.<br />
<br />
• Kemahiran tersebut mestilah telah diajar sebelum ia diuji. Kemahiran tersebut hendaklah disusun dari senang ke susah.<br />
<br />
• Item yang hendak dibina berdasarkan kemahiran yang telah diperincikan terlebih dahulu.<br />
<br />
<b>Pelaksanaan dan Panduan Mentadbir Ujian Diagnostik<br />
</b><br />
• Ujian diagnostik hendaklah dilaksanakan setelah guru mengenal pasti
murid-murid yang dipilih mengikuti program pemulihan Bahasa Melayu.<br />
<br />
• Ujian diagnostik lisan dijalankan secara individu, sementara ujian
diagnostik bertulis dijalankan secara kumpulan kecil tidak melebihi
empat orang dalam satu masa.<br />
<br />
• Oleh sebab ujian ini disediakan mengikut turutan kognitif yang paling
rendah kepada yang paling tinggi – pengetahuan, pemahaman, penggunaan,
maka hendaklah dimulakan dengan ujian lisan dan di ikuti dengan ujian
bertulis.<br />
<br />
• Ujian ini hendaklah diberhentikan sekiranya seseorang yang di uji itu
didapati gagal menjawab semua item dengan betul dalam 3 kemahiran
berturut-turut.<br />
<br />
• Setiap jawapan murid dalam ujian lisan hendaklah direkodkan.<br />
<br />
• Keputusan ujian diagnostik dapat memberi panduan kepada guru untuk menyusun satu program pengajaran kepada murid tersebut.<br />
<br />
• Berikan masa yang cukup kepada murid untuk menjawab soalan supaya mereka dapat menjawab dengan tenag dan selesa.<br />
<br />
• Markah uijan yang diberi tidak penting, tetapi yang penting ialah
keterangan-keterangan atau data-data yang diberi cara mana murid
belajar.<br />
<br />
• Semua jawapan hendaklah diteliti oleh guru supaya guru tahu apa yang murid tidak tahu dan di manaa kesilapan mereka.<br />
• Setiap kesalahan dan kesilapan murid hendaklah direkodkan untuk menjadi panduan kepada guru pada satu masa yang lain.<br />
<br />
<b>Analisa Ujian Diagnostik<br />
</b>• Jumlah kesalahan setiap kemahiran yang dilakukan oleh murid hendaklah direkodkan dalam borang analisis<br />
• Hasil analisis ujian diagnostik menjadi asas kepada guru untuk
merancang pengajaran sama ada secara kumpulan atau pun individu.
CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-1177747758011616132012-11-17T03:05:00.002-08:002012-11-17T03:05:22.270-08:00PENGURUSAN TINGKAH LAKU <strong>JENIS-JENIS TINGKAH LAKU BERMASALAH</strong><br /><br />Secara
umumnya, tingkah laku bermasalah dapat dikategorikan kepada tingkah
laku bermasalah positif dan tingkah laku bermasalah negatif.<br /><br /><strong>A. Tingkah laku bermasalah positif</strong><br /><br />Tingkah
laku bermasalah positif bermaksud tingkah laku positif yang ditunjukkan
oleh kanak-kanak tetapi tingkah laku itu akan menjadi bermasalah
sekiranya dilakukan secara berlebihan atau tanpa kawalan dan boleh
menimbulkan masalah kepadanya. Misalnya, <strong>sifat ingin tahu yang berlebihan </strong>kepada seorang kanak-kanak boleh menyebabkannya bertindak keterlaluan sehingga menyusahkan dirinya dan orang lain. <br /><br /><br /><strong>B. Tingkah laku bermasalah negatif</strong><br /><br />Tingkah
laku bermasalah negatif adalah jelas iaitu tingkah laku yang
menimbulkan masalah kepada dirinya dan juga orang lain. Beberapa contoh
tingkah laku bermasalah negatif adalah seperti berikut:<br /><br />i. <strong>Tingkah laku Disruptif/mengganggu</strong><br /><br />Perlakuan
sentiasa mengganggu perjalanan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas.
Tingkah laku ini juga berlaku di luar kelas dan juga di rumah.<br /><br />ii. <strong>Pergantungan berlebihan</strong><br /><br />Kanak-kanak
yang sangat bergantung kepada orang lain, tidak dapat berdikari, dan
tidak berupaya membuat keputusan sendiri.Contohnya tidak mahu hadir ke
sekolah tanpa ditemani ibu. Kadangkala ada ibu yang terpaksa duduk di
luar kelas.<br /><br />iii. <strong>Agresif</strong><br /><br />Tingkah laku agesif adalah seperti suka memulakan pergaduhan, suka bergaduh, suka memaki hamun, dan sebagainya.<br /><br />iv. <strong>Distruktif/merosakkan</strong><br /><br />Perlakuan
yang suka merosakkan benda seperti kerusi meja, barangan kawan sekelas,
mengoyak poster atau notis di papan kenyataan dan sebagainya.<br /><br />v. <strong>Kebimbangan</strong><br /><br />Perasaan
kurang senang atau takut akibat anggapan bahawa sesuatu yang tidak
diingini akan berlaku. Keadaan ini akibat daripada pengalaman emosi
yang tidak menggembirakan yang dialami oleh seseorang .<br /><br />vi. <strong>Pengasingan diri</strong><br /><br />Suka
menjauhkan diri daripada orang lain yang kurang disenangi. Tingkah
laku ini juga dijadikan sebagai mekanisme helah bela diri untuk
mengelakkan diri daripada berkomunikasi dengan orang lain.<br /><br />vii. <strong>Ponteng sekolah</strong><br /><br />Perlakuan
yang sengaja dibuat iaitu tidak hadir ke sekolah tanpa pengetahuan ibu
bapa dengan membuang masa di tempat lain seperti pusat membeli belah
atau taman permainan.<br /><br />viii. <strong>Enggan ke sekolah </strong><br /><br />Enggan
ke sekolah akibat daripada perasaan fobia terhadap sekolah.
Kanak-kanak ini berasa bimbang untuk berpisah dengan keluarga dan
bimbang meninggalkan kawasan rumahnya.<br /><br />ix. <strong>Mencuri</strong><br /><br />Mengambil
hak orang lain tanpa kebenaran tuannya. Tabiat mencuri barang rakan
sekelas akan menyebabkan pertengkaran, pergaduhan, dan dipulaukan oleh
rakan sekelas.<br /><br /><br /><strong>Punca salah laku</strong><br /><br />Tingkah
laku yang ditunjukkan oleh kanak-kanak berpunca daripada faktor-faktor
tertentu. Guru perlu memahami faktor-faktor yang menjadi punca masalah
tingkah laku muridnya supaya menjadi panduan dalam merangka program
pengurusan tingkah laku bagi murid tersebut. Roger Stancliffe (tidak
bertarikh) telah menyenaraikan 9 faktor yang dikaitkan dengan masalah
tingkah laku kanak-kanak.<br /><br />i. persekitaran<br />ii. tekanan psikologikal<br />iii. ketakutan dan fobia<br />iv. peneguhan yang kurang sesuai<br />v. kemahiran komunikasi dan sosial yang terhad<br />vi. kesukaran tugasan<br />vii. aktiviti dan tahap rangsangan<br />viii. kesihatan dan perubatan<br />ix. jangkaan tingkah laku<br /><br /><strong>Faktor persekitaran</strong><br />Sesetengah
kanak-kanak sangat sensitif terhadap persekitaran seperti bunyi
bising, sejuk, panas, dan lain-lain. Perubahan tingkah laku akan
ditunjukkan terutamanya bagi kanak-kanak yang mengalami kecacatan teruk,
autisme, dan lain-lain.<br /><br /><strong>Tekanan psikologi</strong><br />Individu
yang mengalami masalah tingkah laku obsesif dan tingkah laku yang sudah
menjadi tabiatnya akan berasa senang dengan tingkah laku tersebut.
Mereka akan berasa tertekan apabila kebiasaan tingkah laku itu diganggu
atau dihalang.<br /><br /><strong>Ketakutan dan fobia</strong><br />Fobia
adalah ketakutan yang keterlaluan terhadap sesuatu. Fobia termasuk juga
takut terhadap sesuatu yang berbahaya seperti ular atau ketinggian yang
melebihi tahap bahaya sebenar perkara tersebut. Ketakutan ini boleh
menyebabkan bahaya kepada individu tersebut seperti berlari melintas
jalan raya kerana takutkan anjing.<br /><br /><strong>Peneguhan yang kurang sesuai</strong><br />Tingkah
laku bermasalah ada kalanya dikukuhkan secara tidak sengaja. Tindak
balas semula jadi kita secara serta merta terhadap tingkah laku tertentu
ada kalanya menjadikan tingkah laku itu lebih teruk. Sebagai contoh,
seorang kanak-kanak yang enggan makan ubat akan dipujuk serta dijanjikan
dengan beberapa ganjaran oleh ibu dan bapanya. Oleh itu, kanak-kanak
itu akan sengaja enggan makan ubat kerana mahukan perhatian daripada ibu
bapanya.<br /><br /><strong>Kemahiran komunikasi dan sosial yang terhad</strong><br />Terdapat
bukti yang jelas menunjukkan bahawa kadar tingkah laku bermasalah yang
tinggi di kalangan kanak-kanak yang kurang berkomunikasi berbanding
kanak-kanak yang boleh berkomunikasi dengan baik.<br /><br /><strong>Kesukaran tugasan</strong><br />Kesukaran
tugasan boleh menyebabkan kanak-kanak melakukan kesilapan dan
mengalami kegagalan. Keadaan kekecewaan ini berkait rapat dengan
masalah tingkah laku yang mereka tunjukkan.<br /><br /><strong>Aktiviti dan tahap rangsangan</strong><br />Kekurangan
aktiviti yang membina akan menyebabkan berlakunya masalah tingkah laku.
Sebagai contoh, guru bukan hanya setakat memberi mainan atau buku
kepada muridnya tetapi perlu mengajar murid tersebut kemahiran yang
perlu untuk melakukan aktiviti tersebut.<br /><br /><strong>Kesihatan dan perubatan</strong><br />Kesakitan
atau keadaan tertekan yang berkaitan dengan keadaan kesihatan tertentu
boleh menyebabkan rasa kurang selesa dan boleh menyebabkannya
berkelakuan kurang sesuai.<br /><br /><strong>Jangkaan tingkah laku</strong><br />Ada
kalanya ibu bapa atau guru menjadi letih dengan tingkah laku
kanak-kanak-kanak dan membiarkannya berkelakuan sedemikian dengan
anggapan bahawa tingkah laku itu akan hilang dengan sendirinya.
Jangkaan terhadap tingkah laku kanak-kanak tersebut adalah rendah
daripada yang sepatutnya. Sebenarnya mereka ini terperangkap dengan
anggapan bahawa itulah sifat kanak-kanak tersebut dan tidak boleh diubah
lagi (the way he/she is).<br /><br /><br /><strong>TEKNIK-TEKNIK PENGURUSAN TINGKAH LAKU</strong><br /><br /><strong>Pelupusan dan peningkatan tingkah laku</strong><br /><br />Strategi
pengurusan tingkah laku yang dipilih hendaklah sesuai dengan mengambil
kira faktor-faktor murid tersebut seperti fizikal, emosi, mental, tahap
keterukan, dan juga faktor pengaruh persekitaran, dan jangka masa
pelaksanaan yang tertentu.<br /><br /><br />Strategi pengurusan tingkah laku melibatkan teknik-teknik berikut;<br /><br /><strong>ganjaran (reinforcers)</strong><br />Terdapat 3 jenis ganjaran iaitu;<br />i. ganjaran primer – makanan, minuman dll<br />ii. ganjaran social- senyuman, pujian dll<br />iii. ganjaran sekunder – token, kupon, mainan, bintang dll<br /><br /><strong>dendaan (punishment)</strong><br />- tahanan kelas (lambat balik) , dendaan fizikal, ambil balik token/hak<br /><br /><strong>pengasingan (isolation)</strong><br />- mengasingkan peneguh daripada tingkah laku yang dipilih<br />- asingkan murid daripada aktiviti yang disukainya<br /><br /><strong>pembentukan (shaping)</strong><br />-
pemberian pengukuhan kepada perlakuan-perlakuan yang dilakukan oleh
murid yang menjurus kepada pementukan perlakuan yang dikehendaki.<br /><br /><strong>prompting</strong><br />-
digunakan untuk mendapatkan rangsangan tertentu yang dipilih sebagai
tanda atau klu kepada murid untuk melaksanakan tingkah laku yang
dikehendaki secara lisan, gerak badan (gesture) dan fizikal.<br /><br /><strong>fading (pelunturan)</strong><br />- mengurangkan tingkah laku atau ganjaran secara perlahan-lahan<br /><br /><strong>modeling</strong><br />- menggunakan watak-watak (murid,guru ) yang disukai dan dihormati untuk diteladani oleh murid<br /><br /><strong>kejelakan/Kebosanan (satiation)</strong><br />- membiarkan murid melakukan tingkah laku itu hingga dia jemu melakukannya dan berhenti sendiri<br />- “Over Correction” adalah satu teknik kejelakan.<br /><br /><strong>desensitization</strong><br />-
tindakan-tindakan secara beransur-ansur untuk menghilangkan rasa gugup
atau takut yang berlebihan takut bercakap di depan kelas, fobia dll<br /><br /><strong>bimbingan dan kaunseling</strong><br />- pendekatan-pendekatan kaunseling untuk membimbjng murid menghadapi atau menangani masalah tingkah laku<br /><br /><strong>terapi muzik/seni</strong><br />- menggunakan muzik atau seni untuk mententeramkan emosi, anxiety, dan melepaskan perasaan yang tertekan<br /><br /><strong>penamatan/pelupusan (extinction)</strong><br />-
memberhentikan atau menyekat murid murid daripada terus melakukan
tingkah laku negatif secara beransur-ansur dengan menggantikan dengan
tingkah laku baru yang positif<br /><br /><strong>pengasingan (time-out, suspension)</strong><br />- menempatkan murid berasingan daripada kumpulan (penjuru bilik, bilik khas)<br />- mengeluarkan murid daripada aktiviti kumpulan<br /><br /><strong>kontrak perjanjian (contigency contracting)</strong><br />-
persetujuan di antara dua pihak atau lebih (guru dan murid) secara
lisan atau bertulis. Murid dipertanggungjawabkan terhadap perkara atau
aktiviti yang dipilih. Kontrak akan berjaya jika murid faham akan
tingkah laku yang hendak diubah dan murid faham akan kesan yang<br />akan berlaku.<br /><br /><br /><strong>LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN PROGRAM PENGURUSAN TINGKAH LAKU</strong><br /><br />Program
pengurusan tingkah laku merupakan dokumen bertulis yang telah
dirancang, dibina, dilaksana , dan direkod bagi meningkatkan atau
mengurangkan satu-satu tingkah laku bermasalah atau luar biasa.<br /><br />Langkah-langkah
yang disarankan dalam program pengurusan tingkah laku ini boleh diubah
suai bergantung kepada kesesuaian individu atau kumpulan murid tersebut.<br /><br />Langkah-langkah pembentukan program pengurusan tingkah laku;<br /><br />- memilih tingkah laku yang perlu diubah berdasarkan keutamaan<br />- membuat pemerhatian dan merekodkan tingkah laku tersebut<br />- menentukan tingkah laku sasaran yang hendak dicapai (target behaviour)<br />- mengenal pasti masa pelaksanaan bagi tiap peringkat<br />- memilih strategi dan kaedah yang perlu diguna pakai<br />- menentukan ganjaran dan dendaan (reinforcer and punishment)<br />menjalankan program<br />- melakukan penilaian secara berterusan atau secara berkala (periodical evaluation)<br />- tindakan/intervensi susulan (berhenti apabila tingkah laku sasaran dicapai<br />-
memastikan supaya tingkah laku negatif tidak berulang dan tingkah laku
yang telah dipulih (positif) dikekalkan atau ditingkatkan<br /><br />Sebelum sesuatu tingkah laku dapat diurus, beberapa perkara perlu diambil perhatian terlebih dahulu,iaitu;<br /><br /> - Apakah jenis tingkah laku yang dapat diperhati?<br /> - Tingkah laku yang mana satu harus diberi keutamaan?<br /> - Bila tingkah laku itu berlaku?<br /> - Kekerapan tingkah itu berlaku.<br /> - Apakah punca/sebab tingkah laku itu berlaku?<br /> - Bagaimana hendak mengurus tingkah laklu tersebut?
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-31161344361454273912012-11-17T03:04:00.000-08:002012-11-17T03:04:02.861-08:00PERANAN GURU PEMULIHAN KHAS<strong>PERANAN GURU PEMULIHAN</strong><br /><br /> <strong>i. Sebagai Penilai ( An Assessment Role )</strong><br /><br /> - Menyedia dan menjalankan ujian saringan untuk mengenal pasti murid-murid <br /> yang memerlukan pemulihan khas.<br /><br /> - Menjalankan Ujian Diagnostik untuk mengenal pasti masalah pembelajaran <br /> yang khusus yang dihadapi oleh murid-murid.<br /><br /> - Menjalankan penilaian berterusan dan merekodkannya dengan rapi dan <br /> tersusun.<br /><br />- Cara melaksana penilaian : Formal/Tak formal<br /><br /><strong>ii. Preskriptif ( Presciptive Role )</strong><br /><br /> - Merancang dan menyelia serta melaksanakan program individu bagi kanak- <br /> kanak yang mempunyai masalah pembelajaran yang tertentu.<br /><br /> - Mengadakan bengkel atau demonstrasi pengajaran pemulihan di mana <br /> keadaan memerlukan.<br /> <br /><br /> <strong>iii. Peranan Pengajaran (A Teaching Therapeutik)</strong><br /><br /> - Mengajar dan membantu murid-murid yang lambat dan menghadapi masalah <br /> kemahiran asas 3M.<br /><br /> - Mengajar bersama-sama dengan guru mata pelajaran sebagai “ team <br /> teaching ” / “ guru pendamping ” sekiranya perlu.<br /><br /><br /> <strong>iv. Peranan Khidmat Bantu ( A Supportive Role )</strong><br /><br /> - Membantu guru-guru merancang dan penambahbaikkan aktiviti-aktiviti dan <br /> bahan-bahan pengajaran dan pembelajaran.<br /><br /> - Membimbing guru-guru melaksanakan teknik dan kaedah mengajar murid-murid yang <br /> menghadapi masalah 3M.<br /><br /> <strong>v. Peranan Perhubungan ( A Liaison Role )</strong><br /><br /> - Berbincang dengan ibu bapa atau penjaga murid untuk mendapatkan maklumat murid.<br /><br /> - Memberi cadangan kepada ibu bapa untuk membantu pembelajaran anak-anak mereka.<br /><br /><br />- Tujuan mengadakan penilaian mesti jelas<br /><br />- Bersikap jujur semasa menilai<br /><br />- Menilai semua dokumen awal – KIA2M sebelum pengesahan penempatan<br /><br />- Ujian Pencapaian setiap 3 bulan – mengesahkan tahap penguasaan kemahiran<br /><br /><br /><strong>BIDANG TUGAS GURU PENDIDIKAN PEMULIHAN KHAS</strong><br /><br /> - Menjalankan kerja-kerja pemulihan khusus untuk murid-murid lemah yang <br /> terpilih dari Tahun 2 hingga Tahun 6. Keutamaan hendaklah diberi kepada <br /> murid-murid Tahun 1 hingga 3.<br /><br /> - Membantu guru-guru asas dalam hal:<br /><br /> - Mengenalpasti murid-murid lemah yang memerlukan pengajaran pemulihan <br /> sama ada di kelas biasa atau kelas khas.<br /><br /> - Merancang dan menyediakan aktiviti-aktiviti serta bahan-bahan pemulihan.<br /><br /> - Mengatur jadual waktu untuk pengajaran pemulihan khas.<br /><br /> - Mengajar sebagai guru pembimbing untuk membantu guru mata pelajaran asas <br /> sekiranya keadaan memerlukan.<br /><br /> - Berjumpa dan berbincang dengan guru , ibubapa, doktor, pegawai<br /> kebajikan dan pihak-pihak lain yang boleh membantu untuk mendapatkan <br /> maklumat lanjut tentang tingkah laku, kesihatan dan keterangan lain mengenai <br /> latar belakang murid.<br /><br /> - Melaksanakan penilaian dan merekodkannya secara berterusan untuk <br /> mengetahui prestasi murid-murid yang mengikuti kelas pemulihan. Isi-isi rekod <br /> hendaklah mengandungi:<br /><br /> -Laporan prestasi murid.<br /> -Latar belakang murid.<br /> -Laporan kesihatan murid.<br /> -Hasil-hasil temubual dan rujukan<br /><br /> - Menyediakan fail diri bagi setiap murid pemulihan. <br /> Fail diri murid mengandungi:<br /><br /> - Borang Pencalonan.<br /> - Borang Latar belakang Murid Pemulihan.<br /> - Borang Pengumpulan Maklumat.<br /> - Ujian Saringan dan Diagnostik<br /> - Lembaran Kerja<br /> - Hasil Penilaian yang telah dijalankan.<br /> - Catatan-catatan lain yang berkaitan dengan murid.<br /><br /> - Membentuk jawatankuasa Program Pemulihan Khas serta menjadi ahli <br /> Jawatankuasa Kurikulum Sekolah.<br /><br /> - Mengadakan bengkel di peringkat sekolah atau daerah di mana keadaan<br /> memerlukan.<br /><br /> - Tugas-tugas yang berkaitan dengan kebajkan murid-murid pemulihan<br /> di sekolah.<br /><br /> <strong>Tugas-tugas lain:</strong><br /><br />- Membuat runding cara dengan ibu bapa / penjaga murid.<br />- Membuat penyediaan bahan - bahan pengajaran.<br />- Mengemaskinikan rekod – rekod.<br />- Bimbingan dan Kaunseling kepada murid.<br />- Runding cara dengan guru kelas / mata pelajaran tentang perkembangan murid kelas biasa.<br />- Runding cara dengan Guru Besar untuk meningkatkan mutu pencapaian murid.<br />- Mengemaskinikan sudut – sudut pameran pembelajaran.<br />- Sentiasa memikirkan bagaimana untuk mempertingkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran di kelas pemulihan.
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-35912906762359092622012-11-17T02:58:00.002-08:002012-11-17T02:58:35.903-08:00PENUBUHAN KELAS PEMULIHAN KHAS <strong>PROSEDUR PENUBUHAN KELAS PEMULIHAN</strong><br /><br />Disyorkan 3 alternatif seperti berikut :<br /><br />i.
Sekolah-sekolah yang mempunyai 2 kelas atau lebih bagi sesuatu darjah
, murid-murid untuk kelas pemulihan bolehlah diambil dari kelas-kelas
tersebut sekiranya bilangan murid pemulihan dalam sesuatu kelas itu
hanya 3 atau 4 orang sahaja.<br />Walau bagaimanapun jumlah murid dalam satu sesi pemulihan hendaklah tidak melebihi 15 orang.<br /><br />ii.
Sekolah-sekolah yang mempunyai satu kelas bagi satu darjah,
murid-murid untuk kelas pemulihan bolehlah diambil dari darjah-darjah
lain tetapi jumlahnya hendaklah tidak melebihi 15 orang.<br /><br />iii.
Sekiranya murid-murid yang diambil untuk mengikuti kelas pemulihan
datangnya dari satu kelas sahaja, maka bilangannya hendaklah tidak
melebihi 6 orang. Pemilihan mana-mana satu alternatif hendaklah
tertakluk kepada perundingan di antara Guru Kelas Khas Pemulihan dengan
guru besar dan guru-guru asas.<br /><br />BILIK / KELAS<br /><br />i. Lokasi
bilik / kelas untuk dijadikan Kelas Khas Pemulihan adalah sangat
bergantung kepada keadaan kemudahan yang sedia ada serta kemampuan di
sesebuah sekolah. Tetapi dengan menyedari ciri-ciri kanak-kanak
pemulihan, kelas-kelas lain kantin, atau padang-padang permainan boleh
digunakan supaya aktiviti yang berlaku di tempat – tempat tersebut tidak
akan mengganggu sesi pengajaranpemulihan.<br /><br />ii. Kesesuaian
seperti juga kelas-kelas biasa yang lain perlu diambil kira dari segi
keselesaan ruang dengan bilangan murid, cahaya serta edaran udara
yangmencukupi, kerusi dan meja serta saiz dan susunan fizikalnya yang
selaras denganukuran dan bilangan murid-murid yang terlibat.<br /><br />iii.
Penyusunan perabot, papan tulis, papan pameran dan tempat – tempat
penyimpanan perlu diubah suai sebagai dorongan kearah pengajaran yang
menyeronokkan dan yang berkesan, sesuai dengan matlamat menuju ke
pengkhususan 2M di sekolah rendah. Prinsip – prinsip yang terjalin dan
dipraktikkan dalam penyusunan kelas seperti ini ialah suasana
fizikalnya, sosial, emosi dan rasa hati yang selesa dan gembira untuk
murid-murid : bidang dinamik kumpulan yang menyokong pembelajaran atau
tugasan yang diberikan : dan <br />penyusunan perabot yang membantu rutin pengurusan.<br /><br />PENTADBIRAN KELAS<br /><br />Bagi
mentadbirkan sesebuah kelas Pendidikan Pemulihan Khas, Guru Pemulihan
Khas hendaklah menyediakan beberapa keperluan lain yang semestinya ada
dalam kelas pemulihan.<br /><br /> i. Jadual waktu kelas / persendirian<br /><br /> ii. Carta alir Program Pendidikan Pemulihan Khas.<br /><br /> iii. Disediakan ruang – ruang pembelajaran mengikut kesesuaian dan keluasan <br /> bilik .Di antara ruang pembelajaran yang dicadangkan ialah ruang disiplin.<br /><br /><br />PENGELOLAAN SISTEM FAIL KELAS PEMULIHAN KHAS<br /><br /><strong>i. Fail Induk</strong><br /> Kandungan:<br />- Surat – surat Perhubungan Luar / Dalaman<br />- Carta Organisasi Kurikulum & Panitia<br />- Jawatankuasa Panitia<br />- Pekeliling – pekeliling Ikhtisas ( contoh : PP Ikh . Bil 4 /96 )<br /><br /><br /><strong>ii. Fail Sukatan Pelajaran</strong><br /> Kandungan:<br />- Sukatan Pelajaran Kelas Pemulihan Khas<br />- Huraian Sukatan Pelajaran Pemulihan Khas<br />- Rancangan Pelajaran Tahunan<br />- Senarai Bahan Bantu Mengajar & Kedudukannya<br /><br /><br /><strong>iii. Fail Mesyuarat</strong><br /> Kandungan:<br /> - Surat – surat panggilan mesyuarat peringkat sekolah<br /> - Buku Minit mesyuarat panitia ( sekurang – kurangnya 3 X setahun )<br /><br /><br /><strong>iv. Fail Peribadi Murid</strong><br />kandungan:<br />• Borang pencalonan<br />• Borang pengumpulan maklumat<br />• Borang kaji selidik/ borang latarbelakang murid.<br />• Rekod kesihatan murid<br /><br /><br /><strong>v. Fail BM (individu)</strong><br />Kandungan:<br />• Ipp2m / saringan<br />• Ujian diagnostik<br />• Rekod pengamatan<br />• Rekod pencapaian murid<br />• Borang skor individu<br /><br /><br /><strong>vi. Fail M3 (individu)</strong><br />Kandungan:<br />• Ipp2m / saringan<br />• Ujian diagnostik<br />• Rekod pengamatan<br />• Rekod pencapaian murid<br />• Borang skor individu<br /><br /><br /><strong>vii. Fail Kerja Susulan</strong><br />Kandungan:<br />• Direkod bagi murid-murid yang telah menguasai<br />• Lawatan<br />• Inventori<br />• Bbm/amb (buku-buku, carta, kad dan lain-lain)<br /><br /> <br /><strong>iix.Fail Program Kecemerlangan</strong><br />Kandungan:<br />• Program peningkatan atau rutin<br />• Lapran-lapran program<br /> <br /> <br /><strong>ix. Fail Analisis IPP2M</strong><br />kandungan:<br />• analisis ipp2m<br /> <br /><br /><strong>x. Fail Penyeliaan/ Pencerapan</strong><br />Kandungan:<br />- Penyeliaan /Pemantauan Guru Besar<br />- Guru Penolong kanan<br /><br /> <br /><strong>xi.Fail Penilaian Hasil Kerja Murid</strong><br />Mengandungi: <br />- Jadual peperiksaan/Ujian dan Instrumen Penilaian/soalan <br /><br /> <br /><strong>xii.Fail Aktiviti Kokurikulum</strong><br />Kandungan:<br /> - Surat Mesyuarat<br /> - Senarai Aktiviti Tahunan yang dirancang<br /> - Laporan Aktiviti yang telah dijalankan<br /><br /> <br /><strong>xiii.Fail Bank Soalan</strong><br /> Mengandungi semua set ujian yang digunakan.<br /><br /> <br /><strong>xiv. Fail Maklumat Guru Pemulihan</strong><br /> Mengandungi Jadual guru Pemulihan dan maklumat guru Pemulihan
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-63931053281955205972012-11-17T02:54:00.003-08:002012-11-17T02:54:43.659-08:00KONSEP PEMULIHAN KHAS <strong>Dalam proses pendidikan, Pendidikan Pemulihan Khas ialah:</strong><br /><br /><em>“Suatu
perkhidmatan yang diadakan khusus untuk murid-murid yang menghadapi
kesulitan pembelajaraan khususnya dalam menguasai satu-satu kemahiran
membaca, menulis dan mengira sebagai kemahiran asas yang menjadi fokus
KBSR”.</em><br /><br />“ Pendidikan Pemulihan ialah tindakan-tindakan
pendidikan khas yang digunakan untuk memenuhi keperluan-keperluan
kanak-kanak yang menghadapi kesulitan pembelajaran, kanak-kanak
pemulihan menghadiri kelas khas dalam sekolah biasa, atau pusat
pemulihan khas secara sambilan, atau menyertai kumpulan yang diundurkan
dari kelas biasa untuk diajar oleh seorang guru pemulihan.”<br />(National Association for Remedial Education ‘NARE’ Great Britain - 1977)<br /><br />“
Pemulihan dalam KBSR ialah proses pengajaran dan pembelajaran yang
khusus untuk murid-murid yang menghadapi masalah atau kesukaran belajar
dalam menguasai satu-satu kemahiran membaca, menulis dan mengira”. <br />(Panduan Am KBSR - 1982)<br /><br /><strong>KANAK-KANAK PEMULIHAN KHAS</strong><br /><br />“
… kanak-kanak pemulihan adalah kanak-kanak yang mempunyai intelek dan
kecerdasan yang rendah dan kuarang kebolehan menerima pendidikan biasa.”<br />(A.E. Tansley dan Gulliford)<br /><br />“
… kanak-kanak pemulihan ialah kanak-kanak yang kurang daya taakul,
kurang kemampuan membuat sesuatu keputusan atau kesimpulan dan kurang
memahami tentang perkara-perkara yang abstrak”. <br />(M.F. Clough)<br /><br />“
Pendidikan Pemulihan di Malaysia ialah untuk murid-murid yang gagal
menerima pelajaran dan mereka ini berkemungkinan mempunyai kecerdasan
yang tinggi, sederhana dan yang di bawah sederhana”.<br />(Sharifah Rahmah Ali)
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-62592350696690005602012-11-17T02:53:00.003-08:002012-11-17T02:53:55.613-08:00DASAR PELAJARAN KEBANGSAAN 1979 - Pemulihan Khas Di Sekolah <strong>Laporan Jawatankuasa Kabinet Perlaksanaan Dasar Pelajaran Kebangsaan 1979 : <br />(PERAKUAN 5)</strong><br /><br />“
Adalah diperlukan supaya perkara-perkara yang berkaitan dengan
langkah-langkah mengadakan pengajaran pemulihan selepas daripada Ujian
Rujukan Kriteria dijalankan, diteliti dan diperbaiki. Antara lain
perkara-perkara tersebut termasuklah mendalami kaedah dan pengajaran,
bahan-bahan yang lebih kecil, peruntukan guru bagi mengendalikan
pengajaran pemulihan serta penggunaan bahan-bahan tertentu ”<br /><br /><strong>Surat Pekeliling Kementerian Pelajaran:</strong><br /><br />•
Surat pekeliling Bahagian Sekolah-Sekolah Kementerian Pelajaran
Malaysia, Bil. KP(BS)8691/Jld.II/32 bertarikh 22 Januari 1985.<br />“Guru Khas Pendidikan Pemulihan”.<br /><br />•
Surat pekeliling Bahagian Sekolah-Sekolah Kementerian Pelajaran
Malaysia, Bil. KP(BS)8502/5/PK/Jld.V/26 bertarikh 18 Januari 1986.<br />“Kelas Khas Pemulihan Di Sekolah-Sekolah Rendah 1986”.<br /><br />•
Surat pekeliling Bahagian Sekolah-Sekolah Kementerian Pelajaran
Malaysia, Bil. KP(BS)85021/5/PK/Jld.V/(34) bertarikh 30 Jun 1989.<br />“Guru Khas Pemulihan dan Penubuhan Kelas Khas Pemulihan di Sekolah-Sekolah Rendah”.
<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-24743239880532461862012-11-17T02:47:00.003-08:002012-11-17T02:52:03.885-08:00SEJARAH RINGKAS PEMULIHAN KHAS DI MALAYSIA Bermula pada tahun 1965 apabila 3 orang guru yang mendapat latihan di
England kembali berkhidmat. Sehingga 1968, seramai 9 orang guru telah
mendapat latihan diluar negara. Program pendidikan pemulihan di Malaysia
bermula sebagai “Pilot Projek” di sembilan buah Sekolah Rendah di
seluruh Malaysia. Projek ini telah bermula di awal tahun 1967 dan
berakhir pada tahun 1970. dari kajian yang dijalankan terhadap
sekolah-sekolah tersebut didapati Program Pendidikan Pemulihan
sangatlahdiperlukan bagi membantu kanak-kanak yang menghadapi masalah
pembelajaran.<br /><br />Dalam tahun 1968 hingga 1974 kerajaan telah
membekukan pengambilan guru-guru berkursus di bidang Pendidikan
Pemulihan. Berdasarkan Laporan Murad 1971, didapati 25% murid-murid
sekolah rendah telah tercicir. Kesedaran kerajaan terhadap peratusan
keciciran murid-murid di sekolah-sekolah rendah menguasai
kemahiran-kemahiran 3M iaitu membaca, menulis dan mengira menyebabkan
kerajaan mengambil langkah-langkah awal yang positif Laporan Murad dari
tahun 1971 hingga 1973 telah menyedarkan semula kerajaan akan pentingnya
Program Pendidikan Pemulihan. Pada tahun 1975 seminar yang pertama
telah diadakan di Universiti Malaya<br /><br />Disamping itu juga dalam
tahun 1975, Pusat Perkembangan Kurikulum (PPK), Kementerian Pendidikan
Malaysia telah menjalankan projek percubaan dalam Pendidikan Imbuhan
untuk Sekolah Rendah Bawah di dua belas buah sekolah dengan menggunakan
strategi pendidikan pemulihan dijalankan oleh guru kelas biasa.
Murid-murid yang terlibat dalam projek ini ialah mereka yang menghadapi
masalah pembelajaran ringan dalam Bahasa Melayu, Matematik dan Bahasa
Inggeris. Murid-murid yang menghadapi masalah pembelajaran yang kompleks
diserahkan kepada guru pemulihan khas.<br /><br />Pada tahun yang sama
Kementerian Pendidikan Malaysia mengadakan Kursus Dalam Cuti (KDC).
Peserta-peserta kursus adalah terdiri dari guru-guru terlatih dari
sekolah-sekolah rendah. Jawatankuasa kursus adalah seperti berikut :-<br /><br />i. 2 minggu dalam cuti penggal pertama<br />ii. 2 minggu dalam cuti penggal kedua<br />iii. 4 minggu dalam cuti penggal ketiga<br /><br />Adalah
menjadi matlamat utama kerajaan dibawah pengelolaan Jabatan Pendidikan
Malaysia untuk menyediakan setiap sekolah rendah dengan guru pemulihan
yang terlatih. Ekoran dari itu beberapa Maktab Perguruan di seluruh
negara telah menyediakan kursus tersebut.<br /><br />Pada tahun 1977 kursus
satu tahun telah dijalankan di Maktab Perguruan Ilmu Khas, Kuala Lumpur.
Pada tahun 1981 Kementerian telah mengadakan kursus dalam cuti penggal
persekolahan hingga sekarang. Kursus-kursus jangka pendek juga
diperkenalkan untuk menampung kekurangan guru-guru pemulihan yang
mempunyai latihan khas jangka pendek.
CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-13511439969241052152012-11-17T02:47:00.000-08:002012-11-17T02:47:21.883-08:00Murid Pemulihan Khas<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<em><span style="color: blue;">Kanak-kanak Pemulihan Khas</span></em><br />
<br />
<br />
Merupakan pelajar yang mempunyai masalah pembelajaran dalam 3M iaitu
membaca, menulis dan mengira disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
Pelajar-pelajar ini lambat menguasai sesuatu kemahiran yang disampaikan
kepada mereka. Murid-murid ini juga mempunyai pencapaian yang rendah
berbanding murid-murid lain yang sama peringkat persekolahan dengan
mereka.<br />
<br />
Oleh itu, tindakan pemulihan perlu diberikan dengan segera bagi
mengatasi masalah pembelajaran yang berterusan ini. Pendidikan pemulihan
merupakan satu usaha atau perkhidmatan khas yang dilakukan untuk
memenuhi keperluan kanak-kanak yang menghadapi masalah dan kesulitan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Tujuan pendidikan pemulihan ini adalah
untuk membantu murid-murid dalam mengembangkan diri dan menunjukkan
potensi mereka.<br />
<br />
<em><span style="color: blue;">Masalah-masalah Murid Pemulihan</span></em> <br />
<br />
<br />
Kanak-kanak yang perlu menjalani program pendidikan pemulihan biasanya
terdiri daripada murid-murid yang kurang bernasib baik dan menghadapi
masalah pembelajaran. Antaranya ialah :<br />
<br />
<ul>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Mereka
yang mempunyai kelemahan dalam membaca, menulis dan mengira serta
kelemahan dalam daya pemikiran yang abstrak. Mereka juga tidak mempunyai
kemampuan menganalisis sesuatu untuk membezakan antara yang penting
dengan yang kurang penting seperti dalam kefahaman dan menganalisis teks
disebabkan kurangnya daya cipta dan kekurangan penguasaan kosa kata</span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Pertuturan
yang mempunyai kelemahan dalam koordinasi pancaindera dengan pemikiran
dari segi pengamatan, pendengaran dan pertuturan.</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"></span></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Lemah
dalam penerimaan konsep-konsep yang baru, tidak boleh mengingat
kembali, tidak mempunyai akal yang cerdas serta kurang pengalaman
tentang alam sekeliling.</span></span></span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"></span></span></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Kurang
keyakinan diri kerana dikuasai oleh perasaan rendah diri, tidak boleh
bertindak balas dengan bebas kerana kelemahan sikap kanak-kanak itu
sendiri. </span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"></span></span></span></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Gagal dalam ujian atau peperiksaan dan lemah / mundur dalam pelajaran. Tercicir daripada sekolah pada peringkat awal lagi</span></span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Ketidakbolehan belajar sesuatu dalam masa yang terhad</span></span></span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"></span></span></span></span></span></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Darjah kecerdasan yang rendah apabila dibandingkan dengan rakan-rakan sebaya.</span></span></span></span></span></span></span></li>
</ul>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Murid-murid
pemulihan ini juga dianggap sebagai murid murid yang gagal menghadapi
kerja normal sekolah untuk kumpulan sebaya mereka tetapi kegagalan
mereka tidak boleh dianggap disebabkan oleh kecacatan. Kadangkala mereka
ini diberi label pencapaian rendah yang bermaksud bahawa mereka
memperlihatkan taraf pendidikan yang tidak memuaskan berbanding dengan
taraf pencapaian purata rakan-rakan sebaya mereka atau taraf pencapaian
yang diharapkan bagi murid-murid pada peringkat persekolahan.</span></span></span><br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-8105877256586078202012-11-17T02:40:00.003-08:002012-11-17T02:40:43.527-08:00Konsep Ejaan & MengejaKonsep ejaan dan mengeja perlu mendapat perhatian istimewa guru bahasa
Melayu yang mengajarkan bacaan permulaan. Semua pelajar tahun pertama
Institut Pendidikan Guru (IPG) dikehendaki memahami kedua-dua konsep ini
apabila mereka mengikuti kursus Literasi Bahasa Melayu pada semester
kedua. Seterusnya, pelajar IPG yang mengikuti program Prasekolah,
Pengajian Bahasa Melayu dan Pemulihan Khas mesti mendalami kedua-dua
konsep ini. <br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2671144143394229869" name="more"></a>Guru prasekolah, guru bahasa Melayu dan guru
pemulihan pula perlu menyemak pemahaman mereka tentang perkara ini. Yang
dimaksudkan dengan guru pemulihan termasuklah guru pemulihan khas, guru
pemulihan dalam bilik darjah, guru <em>Literacy and Numeracy Screening</em>
(LINUS) dan beberapa nama lain yang mungkin muncul pada masa hadapan.
Pemahaman yang jelas tentang kedua-dua konsep ini dapat membantu mereka
melaksanakan tugas untuk mengajarkan bacaan permulaan kepada kanak-kanak
dengan berkesan.<br />
<br />
Ejaan ialah kaedah menulis perkataan dengan huruf. Kaedah menulis
perkataan dengan huruf yang dapat dianggap menyeluruh apabila memenuhi
tiga syarat seperti yang digambarkan dalam rajah 1.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTCwynaKZUCDiiy1c8zV_FGELz-9V4rqn4w9UECGnX0jwQs5wRt6fRFIj24tlNWCUU8OKOEhFdkZyVUHNGiJOe0VPIbxN-1nRsXQ4tUKCFti0TtJ3MUrIs21437PrsiaOKUa9RVd0uKbY/s1600/ejaan01.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTCwynaKZUCDiiy1c8zV_FGELz-9V4rqn4w9UECGnX0jwQs5wRt6fRFIj24tlNWCUU8OKOEhFdkZyVUHNGiJOe0VPIbxN-1nRsXQ4tUKCFti0TtJ3MUrIs21437PrsiaOKUa9RVd0uKbY/s320/ejaan01.jpg" width="320" /></a></div>
<strong>Rajah 1</strong> Tiga syarat untuk mengeja perkataan.<br />
<br />
Syarat pertama, wujud sistem susunan huruf yang diterima untuk sesuatu
perkataan. Contohnya, perkataan “batu” terdiri daripada susunan empat
huruf secara berturutan, iaitu “b – a – t – u”. Susunan lain, termasuk
beberapa susunan yang bermakna seperti “b – u – t – a” dan “u – b – a –
t”, tidak diterima untuk ejaan “batu”. <br />
<br />
Syarat kedua, setiap huruf tidak diselangi oleh sebarang ruang yang
dapat diisi oleh satu huruf. Contohnya, perkataan “bubu” ini tidak
diselangi oleh sebarang ruang. Sebaliknya, “bu bu” (ada satu ruang
kosong) dan “bu b u” (dua ruang kosong) tidak diterima untuk perkataan
“bubu”. Malah kewujudan satu atau lebih ruang yang sekata juga tidak
diterima untuk mengeja sesuatu perkataan walaupun susunannya betul.
Contohnya “b u b u” (satu ruang) dan “b u b u” (dua ruang). <br />
<br />
Peraturan lazim pengiraan perkataan ialah setiap unit bahasa yang
dipisahkan oleh ruang dianggap satu perkataan. Misalnya, “ke sana” ialah
dua patah perkataan. Peraturan ini digunakan juga oleh perisian
komputer seperti Microsoft Word untuk mengira perkataan. Apabila ada
ruang, turunlah taraf perkataan itu menjadi huruf sahaja.<br />
<br />
Syarat ketiga, penulisan huruf itu mematuhi sistem penggunaan huruf
kecil dan huruf besar. Syarat ini menuntut pengguna bahasa menggunakan
huruf kecil dan huruf besar berdasarkan peraturan. Buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Melayu menyenaraikan 14 peraturan penggunaan huruf besar.
Secara umum, huruf besar digunakan pada huruf pertama nama khas,
permulaan ayat, petikan langsung, tajuk sesuatu, kecuali kata hubung dan
partikel. Sebagai contoh, ejaan “malaysia” tidak tepat kerana huruf “m”
yang digunakan ialah huruf kecil sedangkan huruf yang sepatutnya
digunakan ialah “M” huruf besar kerana perkataan ini nama khas tanpa
mengira kedudukannya sama ada pada permulaan ayat atau tidak. <br />
<br />
Dengan berdasarkan syarat yang ketiga ini juga, gabungan seperti
“ciNta”, “ciNTa”, “CInTa” tidak tepat ejaannya. Ejaan seperti ini kerap
kita temukan dalam komunikasi e-mel, sistem pesanan ringkas dan
komunikasi umum sesama remaja. Ejaan seperti ini tidak diterima sebagai
ejaan yang tepat untuk diajarkan di sekolah. Malah ejaan seperti ini
dapat dianggap pincang.<br />
<br />
Adakalanya penggunaan huruf kecil keseluruhannya dibolehkan. Contohnya,
bahagian awal bahan pengajaran bacaan asas di sekolah rendah menggunakan
huruf kecil sahaja.<br />
<br />
Sesudah memahami konsep ejaan, kini marilah kita fahami konsep mengeja
pula. Menurut Za‘ba, mengeja ialah “pekerjaan menghubungkan huruf benar
dengan huruf saksi atau sebaliknya ini serta disebut nama tiap-tiap
huruf itu”. Kita juga boleh mengatakan bahawa mengeja ialah perbuatan
membunyikan atau menulis huruf secara berturut dalam sesuatu perkataan.
Dengan berdasar takrif ini ada dua cara untuk mengeja. Yang pertama
ialah menyebut nama huruf secara berturut-turut yang terdapat pada
sesuatu suku kata/perkataan dan membunyikan suka kata/perkataan itu.
Yang kedua ialah menulis huruf dengan mematuhi tiga syarat seperti yang
telah dibincangkan untuk membentuk suku kata/perkataan. <br />
<br />
Ada dua cara menyebut huruf untuk menjadi suku kata dan perkataan. Yang
pertama ialah menyebut huruf, diikuti dengan penyebutan suku kata dan
seterusnya penyebutan perkataan. Contohnya, “bola” dieja “b” “o”,
diikuti penyebutan suku kata “bo”. Seterusnya disebut pula nama huruf
“l” “a”, diikuti dengan penyebutan suku kata “la”. Akhirnya disebut
perkataan “bola”. Gambaran ringkasnya ialah huruf g suku kata g
perkataan. Yang kedua ialah menyebut huruf dalam perkataan itu satu demi
satu tanpa hentian dan tanpa menyebut suku kata dalam perkataan itu.
Misalnya, “bola” dieja b – o – l – a. Gambaran ringkasnya ialah huruf g
perkataan. Gambaran lengkap kedua-dua cara mengeja ini diberikan dalam
rajah 2.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHyIFHrB23IvkgKOT75b3aWdPtOQpbg0-4p8yvPOEy9fd2iYgsLUbspFvwIjKGaCQ1oFcqhaKANPVJZjv1CrJ8z8F1xmOu4fmmdm5nIK1fdvJ5W3Z0DNJjhKriVFzLBI3YR4INWd222E/s1600/ejaan02,+abjad.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="307" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHyIFHrB23IvkgKOT75b3aWdPtOQpbg0-4p8yvPOEy9fd2iYgsLUbspFvwIjKGaCQ1oFcqhaKANPVJZjv1CrJ8z8F1xmOu4fmmdm5nIK1fdvJ5W3Z0DNJjhKriVFzLBI3YR4INWd222E/s400/ejaan02,+abjad.jpg" width="400" /></a></div>
<strong>Rajah 2</strong> Dua cara untuk mengeja perkataan.<br />
<br />
Dengan berdasarkan kaedah abjad, pengeja menyebut nama huruf. Bagi
mengeja dengan abjad Rumi, cara yang pertama kerap digunakan. Pengguna
kaedah abjad menganggap cara yang kedua tidak lengkap. Bagaimanapun,
pengguna kaedah abjad mungkin juga menggunakan cara yang kedua atas
pertimbangan tertentu. <br />
<br />
Mengeja ialah satu kemahiran. Kemahiran ini lebih mudah diperoleh
jikalau kanak-kanak mengalami beberapa aktiviti kesediaan. Antaranya
ialah mengenal bentuk, terutamanya bentuk yang seakan-akan huruf.
Contohnya, bentuk tayar bulat macam huruf “o”. Bentuk pancing pula
seakan-akan huruf “j”. Seterusnya mereka wajar mengalami aktiviti
lanjutan seperti mengenal bunyi, membezakan bunyi dan membezakan antara
satu bentuk dengan bentuk yang lain. Kemudian barulah kita mendedahkan
nama huruf kepada mereka. <br />
<br />
Dengan berdasarkan kaedah abjad, penghafalan nama huruf ialah “garis
permulaan” kemahiran mengeja. Kemahiran mengeja hanya bermula apabila
kanak-kanak dapat menyebut nama huruf dan dapat membentuk apa-apa suku
kata atau perkataan dengan huruf-huruf yang disebut itu.<br />
<br />
Kesimpulannya, pengajar bacaan permulaan akan lebih yakin melaksanakan
tugasnya apabila dia memahami konsep ejaan dan mengeja. Pemahaman itu
akan membantunya memilih bahan, kaedah dan teknik yang sesuai.<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-76383655548472403032012-11-16T22:01:00.002-08:002012-11-16T22:01:37.489-08:00Latar Belakang Pendidikan Pemulihan Pendidikan pemulihan di negara kita bermula sejak tahun enam puluhan.
Titik tolaknya ialah tinjauan keperluan pengajaran pemulihan yang
diadakan pada tahun 1967. Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM)
mengadakan tinjauan itu di sembilan buah sekolah. Tinjauan itu
berterusan hingga tahun 1970. <br />
<br />
Pada bulan Ogos 1975, KPM menganjurkan seminar pengajaran pemulihan
untuk pengurus dan guru sekolah rendah. Pada tahun 1975 juga, KPM
menghantar empat orang pegawai pendidikan mengikuti kursus dalam bidang
pengajaran pemulihan di luar negara. Pada tahun 1976, Maktab Perguruan
Ilmu Khas melatih 55 orang guru sekolah rendah untuk menjadi guru khas
pemulihan. Pada tahun yang sama, MPIK mengadakan seminar pengajaran
pemulihan untuk 50 orang pensyarah maktab perguruan.<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2671144143394229869" name="more"></a><br />
Selain itu, pada tahun 1972 hingga 1981, KPM melaksanakan Projek
Pendidikan Imbuhan untuk 12 buah sekolah rendah. Projek itu bertujuan
mengenal pasti masalah pengajaran dan pembelajaran pemulihan murid-murid
tahun satu hingga tahun tiga. <br />
<br />
Pada tahun 1979, <em>Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran</em>
memperakukan supaya sekolah mengadakan ujian rujukan kriteria. Dengan
berdasarkan dapatan ujian itu, pihak sekolah perlu melakukan tindakan
penambahbaikan. Tindakan itu termasuklah penggunaan kaedah dan sumber
pengajaran yang sesuai dalam kelas yang lebih kecil. KPM pula perlu
menyediakan guru yang mampu mengendalikan pengajaran pemulihan.<br />
<br />
Mulai tahun 1980, Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) melaksanakan
perakuan yang berkenaan. KBSR mengetengahkan konsep 5P, iaitu
penggabungjalinan, penyerapan, penilaian berterusan, pemulihan dan
pengayaan. Hal ini jelas memperlihatkan pemulihan merupakan satu
daripada unsur istimewa KBSR.<br />
<br />
Mulai tahun 1986, KPM mengarahkan semua sekolah rendah di negeri yang mempunyai guru <em>khas pemulihan</em>
agar melaksanakan program pemulihan di sekolah masing-masing. Arahan
itu membayangkan bahawa pelaksanaan program sebelumnya adalah pada tahap
yang tidak memuaskan. Antara sebabnya ialah kerajaan tidak berupaya
menyediakan guru khas pemulihan yang mencukupi untuk semua sekolah
rendah. <br />
<br />
Pada tahun 1987, hanya terdapat 4,331 orang guru khas pemulihan
berbanding dengan 6,700 buah sekolah rendah yang memerlukannya. Daripada
jumlah itu, kerajaan hanya mampu mewujudkan 2,233 jawatan guru khas
pemulihan.<br />
<br />
Pada tahun 1997, KPM mengeluarkan dapatan tinjauan kadar celik huruf
selepas enam bulan murid berada dalam tahun satu. Tinjauan itu
menunjukkan hampir 75,000 orang murid belum celik huruf. Jumlah ini
bersamaan dengan 22 peratus daripada keseluruhan murid. Satu sumber lain
(KPM, 1999) menyatakan, antara sepuluh hingga lima belas peratus murid
sekolah masih menghadapi masalah atau kesulitan pembelajaran. Mereka
gagal menguasai kemahiran asas 3M (membaca, menulis, mengira).<br />
<br />
Mulai tahun 1998, program pemulihan menjadi agenda penting KPM. Antara
tindakan KPM ialah melatih guru Bahasa Melayu untuk melaksanakan
pemulihan ringan dalam bilik darjah. Tindakan lain ialah menambah <em>guru pemulihan khas</em> (GPK) yang mampu mengendalikan pemulihan berat.<br />
<br />
Selain itu, pada bulan November 1998, KPM memulakan usaha untuk
menghasilkan buku panduan bagi melaksanakan program pemulihan khas. Buku
itu terbit pada tahun 1999. Buku itu menjadi sumber penting GPK dan
guru Bahasa Melayu. <br />
<br />
Pelan Induk Pembangunan Pendidikan ada mencatatkan bahawa pada tahun
2005 sebanyak 4.4 peratus murid sekolah rendah dan 0.8 peratus pelajar
sekolah menengah masih belum menguasai 3M. Peratusan ini termasuk juga
pelajar yang mempunyai masalah pembelajaran. Jadi, mulai tahun 2006 KPM
menambah baik program yang sedia ada dan melaksanakan program baharu
bagi mengurangkan peratusan murid yang tidak menguasai 3M.<br />
<br />
Program terpenting ialah Kelas Intervensi Awal Membaca dan Menulis
(KIA2M). Program ini bertujuan untuk membantu murid tahun satu menguasai
kemahiran membaca dan menulis. Program ini dilaksanakan oleh guru
Bahasa Melayu.<br />
<br />
Usaha lain ialah menambah guru pemulihan khas melalui program Kursus
Perguruan Lepas Ijazah, Kursus Dalam Perkhidmatan untuk guru sekolah
kurang murid dan beberapa kursus jangka pendek yang lain.<br />
<br />
Pada 12 September 2009, akhbar <em>Berita Harian Online</em> menyiarkan
berita bahawa 85,000 orang pelajar tahun satu di negara kita belum
menguasai kemahiran membaca dan menulis (2M). Data yang di bawah pula
menunjukkan pencapaian KIA2M tidaklah membanggakan.*<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAk24yA28mdae_I4M82IVb6GXzEUG890XDgQWLNIod4fo2RUTSjh5RcYamuEz_aztwVIIvUQQ9vXX6SoLhhwrkIVI2q8v3dTsBgeW8Y54IlUlaM6pe0ES7uPgvm6mPy-iPrn9Ki9BUfNU/s1600/KIA2M%252C+Data+2006+-+2008.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAk24yA28mdae_I4M82IVb6GXzEUG890XDgQWLNIod4fo2RUTSjh5RcYamuEz_aztwVIIvUQQ9vXX6SoLhhwrkIVI2q8v3dTsBgeW8Y54IlUlaM6pe0ES7uPgvm6mPy-iPrn9Ki9BUfNU/s320/KIA2M%252C+Data+2006+-+2008.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Jadi, bermula pada tahun 2010 Program Literacy and Numeracy Screening
(LINUS) menggantikan Program Kelas Intervensi Asas Membaca dan Menulis
(KIA2M). LINUS berkaitan pula dengan Kurikulum Standard Sekolah Rendah
(KSSR). <em>Minister Key Performance Indicators</em> (MPKI) Kementerian
Pelajaran Malaysia menyasarkan bahawa semua murid normal berkeupayaan
untuk menguasai asas literasi dan numerasi selepas tiga tahun mengikuti
pendidikan rendah menjelang 2012.<br />
<br />
<strong>Bibliografi Terpilih</strong><br />
Kementerian Pelajaran Malaysia, 1982. <em>Buku Panduan Khas Program Pemulihan KBSR (Edisi Percubaan)</em>. Kuala Lumpur: Pusat Perkembangan Kurikulum.<br />
Kementerian Pendidikan Malaysia, 1999. <em>Buku Panduan Pelaksanaan Program Pendidikan Pemulihan Khas (Masalah Penguasaan 3M).</em> Kuala Lumpur: Jabatan Pendidikan Khas.<br />
Koh Boh Boon, 1981a. <em>Pendidikan Imbuhan, Suatu Pengenalan</em>. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.<br />
Koh Boh Boon, 1981b. <em>Pengajaran Pemulihan dalam Bahasa Malaysia</em>. Kuala Lumpur: Utusan.<br />
Robiah Kulop Hamzah, 1992. <em>Guru Khas Pemulihan: Fungsi dan Masalah, Satu Kajian</em>. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.<br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-40096171752591356422012-11-16T21:54:00.002-08:002012-11-16T21:54:34.377-08:00Guru Pemulihan di bawah NKRA Pendidikan - LINUS<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: medium;"><u>Antara kandungan <b>Surat Siaran Kementerian Pelajaran Malaysia Bilangan 24 Tahun 2012 bertarikh 3 Julai 2012</b></u></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">1) Makmal NKRA
Pendidikan telah mencadangkan supaya dibuat <b>penambahbaikan terhadap
nisbah guru pemulihan </b>di sekolah-sekolah, daripada <b>seorang guru
pemulihan</b> di setiap sekolah kepada guru pemulihan bagi <b>15 orang murid</b>
yang tidak menguasai asas literasi dan numerasi. Dalam hal ini,
Mesyuarat Jemaah Menteri pada 27 Januari 2012 telah bersetuju supaya
semua cadangan Makmal NKRA Pendidikan dilaksanakan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">2) <b>Murid tahap 1</b> yang tidak menguasai literasi dan numerasi ialah murid yang tidak melepasi konstruk 12 bagi literasi dan numerasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">3) <b>Murid tahap 2 </b></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">yang
tidak menguasai literasi dan numerasi ialah murid yang masih tidak
boleh membaca, menulis dan mengira berdasarkan ketetapan yang diguna
pakai sebelum LINUS dilaksanakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">4) Penempatan guru pemulihan di semua sekolah adalah menggunakan nisbah <b>seorang guru pemulihan kepada 15 orang murid</b> yang masih tidak menguasai literasi atau numerasi termasuk murid tahap 2 (sekiranya ada).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">5) Sekiranya sekolah mempunyai murid yang tidak menguasai literasi atau numerasi <b>kurang daripada 15 orang</b>, maka sekolah tersebut layak menerima hanya <b>seorang guru pemulihan</b> sahaja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">6) Jika sekolah mempunyai </span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">murid yang tidak menguasai literasi atau numerasi <b>melebihi 15 orang tetapi kurang 30 orang</b>, maka sekolah tersebut layak menerima hanya <b>seorang guru </b>pemulihan. Namun sekiranya <b>genap 30 orang </b>murid, maka sekolah tersebut layak menerima <b>2 orang guru pemulihan</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">7) Semua JPN, PPD dan sekolah hendaklah memastikan bahawa semua guru yang dilantik sebagai guru pemulihan <b>mempunyai opsyen pemulihan</b> atau sekurang-kurangnya telah mengikuti latihan untuk mengajar kelas pemulihan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">8) Dengan berkuatkuasanya surat siaran ini, maka surat siaran <b>KPM.BPKHAS.300-2/212 bertarikh 4 Ogos 2010, Peranan Guru Pemulihan Khas Dalam Pelaksanaan Program LINUS adalah terbatal. </b></span><br />CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-60495155955056190232012-11-16T21:42:00.000-08:002012-11-16T21:42:04.413-08:00PANDUAN PENGESAHAN MURID BERKEPERLUAN KHAS<span id="goog_603450241"></span><span id="goog_603450242"></span><a href="http://portallinus.ppdkualakangsar.edu.my/wp-content/uploads/downloads/2012/03/panduan-pelaksanaan-diagnos-murid-OKU-LINUS.pdf">http://portallinus.ppdkualakangsar.edu.my/wp-content/uploads/downloads/2012/03/panduan-pelaksanaan-diagnos-murid-OKU-LINUS.pdf</a>CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-12774402276473517572012-11-16T21:40:00.004-08:002012-11-16T21:40:38.495-08:00Kad Perkataan KV+KV+KV+KV<a href="http://www.remedialclass.net/2012/03/01/kad-perkataan-kvkvkvkv/">http://www.remedialclass.net/2012/03/01/kad-perkataan-kvkvkvkv/</a>CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2671144143394229869.post-36139920534708361212012-11-16T21:40:00.000-08:002012-11-16T21:40:55.104-08:00Kad Perkataan KV+KV+KV<a href="http://www.remedialclass.net/2012/02/14/perkataan-kvkvkv-2/">http://www.remedialclass.net/2012/02/14/perkataan-kvkvkv-2/</a>CHANG SHU YENhttp://www.blogger.com/profile/03884673079845868460noreply@blogger.com0